PART 34

1.2K 91 0
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

------------------------------------------
RAHASIA KARIN

Karin benar-benar di buat aneh akan kelakuan sahabat satu-satunya. Bagaimana tidak, sedari tadi yang Karin lihat sahabatnya itu terus saja tersenyum sambil melihat handphone nya.

Karin yang merasa jengah karena melihat kelakuan Nana itu pun mencoba untuk mendekati sahabatnya yang terlalu asyik melihat ke arah handphone tersebut.

"Na, lo gak gila kan? Dari tadi gue perhatiin senyum-senyum mulu."

Nana yang mendengar ucapan Karin itu pun langsung menatap ke arahnya sahabatnya itu. "Rin, kalau jantung kita deg-deg an dekat sama cowok terus kita ngerasa nyaman, itu tandanya apa?"

"Kalau sepengetahuan gue nih ya, itu tandanya kita suka sama dia" jawab Karin.

"Gitu ya" manggut Nana sambil tersenyum.

"Kenapa si anjir? Geli banget gue ngelihat lo dari tadi senyum-senyum terus" tanya Karin penasaran.

"Gue mau jujur, Rin. Sebenarnya sekarang gue lagi dekat sama cowok."

Karin yang mendengar itu pun sontak melebarkan kedua matanya. "Serius lo? Siapa?"

"Namanya Aldo, Rin. Dia dokter yang kerja di puskesmas sini" jawab Nana.

"Orang asli sini dia?" tanya Karin lagi.

Nana sontak menggelengkan kepalanya. "Dia bukan orang sini. Dia asli Jakarta. Dia di sini karena tugas dia sebagai dokter. Dan lo bakal kaget kalau lo tau satu fakta mengenai Aldo."

"Apa?"

"Aldo itu dulu teman kecil gue di sini. Dulu, dia selalu nemenin gue main dan dia juga selalu jagain gue."

"Loh? Bukannya kata lo Aldo asli Jakarta? Kok tiba-tiba jadi teman kecil lo di sini?" bingung Karin.

"Jadi, gini. Dulu Aldo beserta orang tuanya pergi liburan ke kampung ini. Kebetulan saat itu kakek Aldo punya satu rumah di sini. Nah, saat Aldo dan kedua orang tuanya ada di sini, gue sama bunda serta Ayah juga lagi ada di sini berkunjung ke tempat paman. Entah kebetulan atau enggak, saat itu gue lagi nangis dan tiba-tiba di datengin sama anak cowok. Anak cowok itu ngasih gue permen biar gue berhenti nangis. Dari situ, kenalan lah kami. Dan semenjak itu gue jadi berteman dekat sama Aldo."

"Tapi, sebenarnya gue kemarin sempat lupa sama Aldo. Lo pernah gue ceritain kan kalau dulu gue pernah kecelakaan?"

Karin langsung menganggukan kepalanya.

"Nah, gara-gara kecelakaan itu ingatan gue sebagian ada yang hilang. Dan ingatan gue yang hilang itu adalah ingatan gue sama Aldo dulu. Untungnya, gara-gara gue jatuh dan kepala gue kebentur, ingatan gue mengenai Aldo kembali. Saat tau ingatan gue sama Aldo kembali, gue benar-benar merasa bersyukur dan bahagia."

"Lo tau, Rin? Aldo gak pernah bilang dari awal kalau dia ingat sama gue. Dia malah nunggu gue sampai gue sendiri yang ingat semuanya. Aldo
laki-laki yang baik, Rin. Selama gue di sini dia selalu nemenin gue. Dia selalu perhatian sama gue. Dia gak pernah balik ikutan kesal sama gue, padahal saat pertama gue ketemu sama Aldo, gue kesal setengah mati sama dia. Bahkan, gue waktu itu selalu bicara jutek sama dia. Tapi, dia sekalipun gak pernah ngebalas gue. Malahan, dia bersikap lembut dan baik sama gue."

"Lo tau kan tujuan awal gue ke sini karena apa, Rin?"

"Gue tau."

"Sekarang, gue benar-benar bisa lupain tentang dia, Rin. Gue benar-benar udah ikhlas dan nerima semuanya. Dan yang pasti, gue udah maafin dia, Rin."

Karin yang mendengar semua ucapan Nana itu menjadi terdiam. Apalagi ucapan terakhir dari Nana itu benar-benar membuatnya menatap lekat sahabatnya tersebut. Karin bisa melihat, tidak ada lagi kesedihan di mata Nana ketika membahas tentang dia. Nana seperti orang yang sudah benar-benar ikhlas dan menerima semuanya.

Namun, ada satu hal yang mengganjal di hati Karin saat ini. Hal tersebut berkaitan dengan "dia". Dan alasan Karin ke sini juga ada kaitannya tentang "dia".

Melihat Nana yang sudah benar-benar lepas dengan semua yang berhubungan dengan "dia", membuat Karin ragu untuk mengatakan apa yang saat ini dia pendam.

"Na, gue senang akhirnya lo bisa lepas dari kesedihan yang lo rasain. Tapi, gue harus gimana, Na? Ada satu hal yang harus lo tau mengenai dia. Apa yang harus gue lakuin, Na?" batin Karin ragu.

-bersambung-

What Happened in Bandung? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang