PART 22

1.6K 116 3
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

---------------------------------
PERINGATAN UNTUK NINGSIH

Hari ini, entah mengapa ada yang berbeda dari Aldo. Bagaimana tidak, sejak tadi pagi dari lelaki itu bangun hingga pergi bekerja ke puskesmas, dia selalu saja menampakkan senyumnya dan terkadang menyapa petugas di puskesmas tempat dia bekerja sehingga menimbulkan keheranan banyak orang yang melihatnya. Sebab, Aldo yang biasanya jarang tersenyum dan jarang menyapa itu tiba-tiba saja berubah menjadi orang yang berbeda seperti biasanya.

"Dokter Aldo lagi bahagia ya sepertinya hari ini?"

Pertanyaan yang di lontarkan oleh perawat yang biasanya bekerja bersama dia itu pun membuat Aldo tersenyum. "Apa terlalu ketara jika saya terlihat bahagia hari ini?"

"Jelas sangat terlihat, dok. Dokter biasanya jarang tersenyum. Tapi, sekarang dokter benar-benar berbeda. Apa ini ada hubungannya dengan seorang perempuan?"

Aldo yang lagi-lagi mendengar ucapan perawatnya itu pun kembali tersenyum. "Mungkin saja."

"Wah! Di tunggu ya dok kabar bahagianya" seru perawat tersebut.

"Tentu! Ayo, mulai bekerja."

Setelah Aldo mengatakan itu, perawat tersebut pun kembali pada tempatnya dan mereka memulai pelayanan kembali.

*****

Di tempat lain, suasana yang terlihat begitu tegang nampak di rasakan oleh dua orang paruh baya ketika melihat kedatangan tiga orang ke rumah mereka dengan maksud tertentu.

"Hapunten. Ini teh sabenerna kumaha? Kok kalian teh tegang kitu?"

Pertanyaan yang di lontarkan oleh wanita paruh baya itu membuat ketiga orang yang berada di depan mereka semakin menampakkan raut datarnya.

"Sebagai keluarganya Nana, kami tidak terima jika keponakan kami di perlakukan kasar seperti itu oleh anak kalian, Ningsih."

Ucapan yang begitu formal, yang di ucapkan oleh seorang lelaki yang tak lain adalah paman Danu itu, membuat kedua orang di depannya mengkerut bingung.

Yeah, ketiga orang yang bertamu itu adalah paman Danu, bibi Ayu dan juga Bagus. Nana? Gadis itu saat ini sedang beristirahat di rumah. Meskipun ingatannya kembali, lebam pada kepala gadis itu tetap masih berasa sakitnya. Oleh sebab itu, gadis tersebut sekarang sedang berada di rumah atas perintah sang paman.

"Maksud kalian teh naon? Kami teu ngarti" sahut lelaki paruh baya yang adalah ayah Ningsih tersebut.

"Ningsih semalam benar-benar sangat keterlaluan. Dia mendatangi keponakan saya dan kemudian melampiaskan rasa marahnya kepada Nana. Dia menuduh Nana mempermalukannya di hadapan kalian. Dan kalian tau apa yang selanjutnya di lakukan oleh Ningsih? Dia mendorong Nana hingga Nana terjatuh dan kepala Nana mengenai pijakan tangga sehingga membuat keponakan saya itu tidak sadarkan diri."

Raut wajah paman Danu saat ini benar-benar begitu pias. Dia tidak bisa mentolerir perbuatan anak tetangga sekaligus kepala desa tempat mereka tinggal.

"Selain itu, anak kalian juga pernah melabrak Nana di rumah saya. Alasan anak kalian melakukan itu karena dia melihat keponakan saya bersama dengan Aldo. Apakah pantas anak kalian melakukan hal itu? Saya pun sempat terkejut mendengar hal ini dari anak saya. Saya benar-benar di buat syok atas perbuatan anak kalian, Ningsih" lanjut paman Danu.

Kedua orang tua Ningsih yang mendengar semua itu pun di buat terdiam dan tak percaya terhadap kelakuan anak mereka.

"Jika kejadian ini sampai di telinga kedua orang tua Nana, saya sangat-sangat yakin jika anak kalian akan mendapat masalah yang besar. Sekali pun bapak adalah kepala desa di sini, saya bisa menjamin jika jabatan yang bapak punya tidak akan bisa menyelamatkan Ningsih dari amarah orang tua Nana jika tau anak mereka mendapatkan tindakan tidak menyenangkan dari anak kalian. "

Mendengar ucapan yang keluar dari mulut lelaki yang sebaya dengan mereka, membuat kedua orang tua Ningsih menjadi ketakutan.

"Hapunten, Danu. Kami benar-benar meminta maaf atas nama anak kami Ningsih. Kami akan bertindak tegas kepada dia" ucap ayah Ningsih memohon.

"Saya harap Ningsih benar-benar bisa menjaga kelakuannya. Kami permisi."

Setelah mengatakan itu, paman Danu pun memberi isyarat kepada istri dan juga anaknya itu agar segera pergi dari rumah tersebut.

*****

Aldo yang kini telah usai bekerja dan hendak pergi menjenguk Nana ke rumah paman Danu tak sengaja melihat seorang perempuan yang sangat dia kenal sedang berjalan sendirian.

Aldo yang pada saat itu tengah menaiki motor pun sontak menghentikan laju motornya tepat di samping perempuan tersebut dan turun dari motornya.

"A' Aldo!"

Terlihat wajah senang dari perempuan itu ketika mengetahui lelaki yang dia sukai berhenti tepat di sampingnya.

"A' Aldo teh mau ngajakin Ningsih bareng ya?"

"Ayo a'."

"Tidak ada yang menyuruh kamu untuk menaiki motor saya."

Ningsih yang hendak menaiki motor milik Aldo itu pun sontak menghentikan gerakannya. "Loh? Bukannya a' Aldo teh mau ngajakin Ningsih bareng ya?"

"Kamu jangan salah paham, Ningsih. Saya berhenti di sini karena ada yang ingin saya sampaikan kepada kamu."

Mendengar ucapan tersebut, membuat Ningsih tersenyum malu. "Pasti a' Aldo mau bilang kalau suka sama Ningsih kan?"

"Saya tidak ingin berbasa-basi kepada kamu. Saya peringatkan, jangan pernah mengganggu Nana lagi. Jika saja saya melihat kamu mengganggu atau melukai Nana, saya tidak akan segan untuk membalasnya, meskipun kamu seorang perempuan. Dan satu lagi, kamu tidak memiliki hak apapun untuk melarang Nana mendekati saya. Kamu hanya orang asing, jadi kamu harus sadar dengan posisi kamu."

Setelah mengatakan itu, Aldo langsung menaiki motornya dan melajukan kembali motor merahnya tersebut.

Ningsih yang di tinggalkan oleh lelaki pujaannya itu pun di buat kesal. "Nana lagi Nana lagi. Awas kamu, Nana!"

-bersambung-

What Happened in Bandung? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang