Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...--------------------------------------
PEMBALASANKadang, apa yang kita rencanakan sebelumnya belum tentu akan berjalan dengan lancar. Sama halnya dengan apa yang di rencanakan Nana sebelum dia berangkat ke desa paman dan bibinya ini. Dia kira, masa healingnya di sini akan berjalan dengan lancar. Ternyata, dugaannya salah. Rencananya tidak selancar yang dia kira.
Kejadian yang Nana alami kemarin ternyata benar-benar membuat gadis tersebut menaruh dendam kepada seorang lelaki bernama Aldo.
Menurutnya, lelaki bernama Aldo tersebut benar-benar menghancurkan rencana yang telah dia susun sebelumnya. Meski masih ada hari-hari berikutnya, tetap saja itu pasti akan mengurangi masa healingnya di sini.
Helaan nafas kasar selalu terdengar dari Nana. Dan hal itu tentu saja membuat paman Danu yang duduk di depan gadis itu mengernyit bingung.
"Kamu kenapa, teh? Kok, paman dengar dari tadi kamu terus hela nafas?
Nana yang mendengar pertanyaan dari sang paman pun menatap sepupu ayahnya itu dengan lesu. "Gak papa kok, paman. Aku cuman cape aja."
"Bohong, yah. Jangan percaya omongannya sih teteh."
Sahutan tiba-tiba dari samping, membuat Nana dan juga paman Danu sontak menolehkan kepala mereka.
Suara yang ternyata berasal dari Bagus itu berhasil membuat sang Ayah merasa penasaran. Sedangkan Nana, dia hanya bisa pasrah jika adik sepupunya itu mengatakan kejadian yang di alami tadi kepada sang paman.
"Kamu tau sesuatu, Gus?" tanya paman Danu.
Bagus pun mengangguk dan kemudian memilih duduk tepat di samping sang teteh. "Teteh itu lagi kesal sama bang Aldo, yah. Gara-gara bang Aldo tadi nyipratin air yang ada di genangan ke teteh. Jadi, jalan-jalan yang udah di rencanakan sama teteh akhirnya gagal karena baju si teteh kotor."
Paman Danu akhirnya mengerti mengapa keponakannya itu sedari tadi terus menghela nafasnya. "Jadi gara-gara itu. Mungkin aja nak Aldo gak sengaja nyipratin air itu sama teteh."
"Gak sengaja dari mana? Orang jelas-jelas dia sengaja. Mana gak minta maaf lagi" sahut Nana kesal.
"Gini loh, teh. Nak Aldo itu dokter yang ada di desa sini. Mungkin aja waktu itu dia lagi buru-buru karena ada pasien. Biasanya kalau ada salah satu warga yang sakit, nak Aldo ini pasti selalu di panggil buat ke rumah. Bisa aja dia waktu itu mau turun buat minta maaf tapi gak bisa karena buru-buru harus menemui pasien" tutur paman Danu lembut.
"Tetap aja si Aldo-Aldo itu merusak semua rencana yang udah aku buat" sahut Nana yang masih merasa gondok.
"AYAH! TETEH! BAGUS! AYO MAKAN!"
"Nah, dari pada kamu kesal-kesal kaya gini, lebih baik makan. Siapa tau habis makan rasa kesal kamu hilang" ucap paman Danu.
Nana pun menurut dan mengikuti pamannya dan juga Bagus yang sudah berdiri lebih dulu.
*****
Jam menunjukkan pukul 19:30. Nana yang saat ini berada di ruang tengah sambil menonton tv pun menghentikan aktivitasnya ketika melihat paman dan bibinya yang terlihat begitu rapi dengan baju koko dan juga baju gamisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened in Bandung? (END)
ChickLitNana kira dengan pergi berlibur ke tempat sang paman di kota Bandung akan membuat masa healingnya berjalan dengan damai. Namun, dugaannya salah. Pertemuannya dengan seorang lelaki bernama Aldo membuat hari Nana menjadi kacau. Namun, Bagaimana jadin...