PART 42

2.1K 106 5
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

-------------------------------------
MEMBERI RESTU

Pandangan Aldo kini terfokus kepada dua orang paruh baya yang duduk di kanan dan juga kiri hadapan gadisnya.

Gadisnya? Yeah, setelah pengakuan yang keluar dari mulut Nana yang mengatakan jika gadis itu juga memiliki perasaan yang sama kepadanya, Aldo secara resmi sudah menganggap Nana sebagai gadisnya.

"Jadi, kamu siapa?"

Pertanyaan yang di lontarkan oleh ayah Adi kepada Aldo tersebut membuat lelaki yang duduk di depannya itu memasang wajah yang serius.

"Perkenalkan, om. Nama saya Aldo Prayuda."

Jawaban yang terdengar sangat tegas dari Aldo tersebut, membuat ayah Adi semakin menatap serius lelaki di depannya. "Kamu ada hubungan apa dengan anak saya?"

"Saya dan juga Nay memiliki perasaan yang sama satu sama lain. Saya juga sudah mengenal putri om sejak kami masih anak-anak. Meski kami sempat terpisah. Tapi, setelah Nay tinggal bersama paman Danu, saya kembali lagi bertemu dengan Nay, meskipun pada awalnya Nay sempat melupakan saya akibat kecelakaan yang pernah dia alami."

"Meski saya dan juga om serta tante baru saja bertemu sekarang, di hadapan kalian berdua saya ingin meminta izin untuk menjalin hubungan yang lebih serius bersama dengan Nayshila. Dengan kesungguhan hati saya, saya ingin meminta restu om dan juga tante untuk memiliki hubungan bersama dengan Nayshila. Saya berharap, om dan juga tante memberikan restunya kepada saya."

Baik ayah Adi dan juga bunda Mita sama-sama menatap lelaki di hadapan mereka dengan tatapan yang lekat dan mereka sama-sama menatap dalam manik mata milik Aldo.

Kedua orang paruh baya tersebut bisa melihat dengan jelas kesungguhan dari lelaki di depan mereka dari tutur kata dan juga mata lelaki itu saat mengucapkan ucapan tersebut.

Jangan salah, kedua orang tua Nana bisa membaca tingkah laku serta sifat seseorang dari tutur kata dan juga mata orang tersebut dalam mengucapkan sesuatu.

"Kamu tau, Nana adalah anak satu-satunya yang kami punya. Kami berdua membesarkan Nana dengan banyak cinta dan juga kasih sayang. Tidak ada satu orang tua pun yang ingin anak mereka di sakiti oleh lelaki mana pun bahkan sampai membuat anak mereka menangis. Semua orang tua ingin anak mereka mendapatkan pendamping hidup yang bisa memberikan cinta, kasih sayang dan juga kebahagiaan yang pernah dia dapatkan dari orang tuanya, bahkan mungkin lebih dari apa yang kami pernah berikan sebagai orang tua."

"Kami sebagai orang tua tidak peduli apa pekerjaan mu atau pun bagaimana latar keluarga mu. Kami sebagai orang tua hanya ingin anak kami mendapatkan lelaki yang bisa bertanggung jawab serta mampu bekerja keras."

"Baik saya atau pun istri saya tidak ingin jika anak kami mendapatkan lelaki yang jauh dari kata bertanggung jawab serta malas untuk bekerja keras."

"Saya sebagai ayah dan juga sebagai seorang kepala keluarga akan mengusahakan apapun untuk anak dan juga istri saya agar mereka tidak kekurangan satu apapun. Oleh sebab itu, lelaki mana pun yang ingin menjadi pendamping anak saya, saya ingin lelaki itu bisa memberikan bahkan lebih dari apa yang saya lakukan."

"Jadi, menurut kamu apakah kamu pantas untuk menjadi pendamping anak saya?"

Perkataan yang terdengar begitu tegas dari ayah gadisnya tersebut tidak membuat Aldo gentar sedikitpun. Malah, Aldo semakin menunjukkan keseriusannya. "Jika yang om khawatirkan saya nantinya akan menyakiti anak satu-satunya yang om punya, maka om tidak perlu merasa khawatir. Saya, Aldo Prayuda akan berusaha semampu saya untuk membahagiakan Naysila Zamira bahkan lebih dari apa yang om pernah berikan kepada Nayshila."

"Selain itu, om tidak perlu merasa takut jika nantinya Nayshila hidup bersama saya akan merasa kekurangan. Saya tentu saja tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Saya tidak akan membiarkan orang yang saya cintai mengalami hal tersebut. Karena apa? Karena Nayshila adalah prioritas yang harus saya bahagiakan."

Ucapan yang tak kalah tegas dari Aldo tersebut membuat Adi, ayah dari Nana tersebut tersenyum sangat-sangat kecil, sehingga tidak ada seorang pun yang melihatnya.

"Saya pegang ucapan kamu. Kamu perlu tau, seorang lelaki akan di sebut hebat jika dia benar-benar bisa memegang perkataannya" ucap ayah Adi.

"Om bisa memegang ucapan saya" sahut Aldo dengan nada tegas.

"Baiklah. Aldo Prayuda, saya memberikan kamu restu."

Aldo seketika mengeluarkan senyumnya ketika mendengar ucapan yang berasal dari lelaki paruh baya di depannya. Namun, senyum milik Aldo tidak bertahan lama ketika masih ada satu restu lagi yang belum dia dapatkan dari ibu gadisnya.

Aldo pun mengalihkan tatapannya kepada wanita paruh baya yang ternyata sudah terlebih dahulu melihat ke arahnya.

Seakan sadar arti tatapan lelaki di depannya, bunda Mita pun seketika mengeluarkan senyumannya. "Seperti suami saya, saya juga memberikan restu kepada kamu. Satu yang harus kamu ingat. Jika kamu sudah tidak ingin lagi bersama dengan anak saya, kembalikan dia secara baik-baik seperti kamu yang meminta dia secara baik-baik kepada kami."

"Tante tidak perlu khawatir. Saya tidak akan melakukan hal itu. Bagaimana saya bisa melakukan hal itu jika dari dulu saya hanya ingin Nayshila yang ada di dalam hidup saya."

Bunda Mita yang mendengar ucapan tersebut lagi-lagi tersenyum. Menurutnya, laki-laki yang ada di depannya sekarang ini adalah laki-laki yang baik dan benar-benar menyayangi anaknya.

Sama halnya dengan sang istri, Adi yang mendengar ucapan Aldo tersebut membuatnya merasa teringat akan dirinya dulu ketika meminta restu kepada kedua orang tua dari istrinya. Melihat Aldo seperti ini benar-benar membuat Adi melihat dirinya sendiri.

Di sisi lain, Nana yang sedari tadi hanya diam sambil mendengarkan  percakapan kedua orang tuanya dengan Aldo itu pun diam-diam mengucap syukur di dalam hatinya. Bahkan, dia merasa begitu terharu karena ucapan kedua orang tuanya.

Selain merasa terharu karena ucapan kedua orang tuanya, Nana juga benar-benar merasa begitu di hargai dan juga di hormati karena ucapan dan juga perlakuan Aldo yang meminta dirinya secara langsung kepada kedua orang tuanya.

Terlepas dari itu semua, sekarang Nana benar-benar bahagia karena memiliki kedua orang tua yang sangat menyayanginya dan juga lelaki yang begitu mencintainya.

"Terima kasih, Tuhan. Aku tau di balik semua kejadian yang pernah terjadi di dalam hidup ku, Engkau pasti sudah mengatur semuanya dan bahkan Engkau juga sudah mempersiapkan hadiah di balik itu semua. Sekarang aku tau makna dari bersedih-sedih dahulu, lalu bersenang-senang kemudian. Sama seperti hujan yang turun ke bumi lalu setelahnya muncul pelangi, maka seperti itu juga kehidupan. Di balik kesedihan seseorang akan tiba saatnya kebahagiaan datang ke hidup orang tersebut. Dan sekarang, aku benar-benar mempercayai hal itu."

Nana pun menatap Aldo yang ternyata juga tengah menatapnya.

Sebuah senyuman terbit di wajah milik Aldo dan hal itu juga membuat Nana ikut menerbitkan senyuman di wajah cantiknya.

-END-



What Happened in Bandung? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang