PART 4

2.7K 170 2
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

----------------------------------------
ACCIDENT

Hari pertama berada di kediaman paman dan juga bibinya terlewati dengan begitu indah dan penuh dengan canda tawa.

Meski Nana sudah lama tidak mengunjungi paman dan bibinya itu, tidak ada rasa canggung sedikit pun yang dia rasakan. Apalagi kepada Bagus yang notabennya adalah adik sepupunya itu.

Jika di ingat lagi, pertemuan terakhir Nana dengan Bagus itu ketika adik sepupunya berumur enam atau tujuh tahun, Nana sendiri pun merasa lupa. Bisa di hitung bukan berapa lama dia tidak mengunjungi paman dan bibi nya ini?

Ada alasan mengapa Nana lama tidak berkunjung ke kediaman paman dan bibinya ini. Salah satu alasannya adalah, dia saat itu sedang menempuh pendidikan. Dari SMA sampai dengan pendidikan S2 nya, Nana memilih untuk mengambil pendidikan di luar negeri. Hal itu tentu saja mendapat persetujuan dari kedua orang tuanya. Pendidikan adalah hal nomor satu bagi orang tua Nana. Jadi, jelas saja mereka sangat mengizinkan dan mendukung Nana untuk tinggal jauh dari mereka dan belajar di luar negeri.

Selesai dengan pendidikannya, Nana langsung mendapatkan tawaran pekerjaan untuk menjadi seorang dosen di salah satu perguruan tinggi Swasta yang terkenal di Jakarta. Pekerjaan tersebut tentu saja dia dapatkan karena kecerdasannya, bukan karena faktor bantuan dari kedua orang tuanya.

Meski sudah kembali ke tanah air, Nana tetap saja masih belum mendapatkan waktu untuk mengunjungi paman dan bibinya. Pasalnya, Nana terus mengasah kemampuannya karena dia terpilih menjadi salah satu dosen yang mendapatkan kesempatan untuk melakukan pertukaran ke luar negeri selama hampir satu tahun setengah.

Hingga, setelah Nana kembali lagi ke tempat asalnya, dia mendapatkan kabar yang sangat membuatnya hancur. Dan karena alasan itu pula, akhirnya Nana bisa bertemu dan mengunjungi paman dan bibinya karena misinya untuk melakukan healing.

*****

"Umur kamu berapa sih, dek? Kok teteh lupa ya?"

Pertanyaan itu Nana lontarkan kepada Bagus yang berjalan di sampingnya. Pasalnya saat ini kedua orang itu tengah berjalan mengelilingi desa yang sudah lama menjadi tempat tinggal keluarga pamannya ini.

"Umur Bagus sembilan belas tahun, teh."

Nana yang mendengar itu sontak mengkerutkan keningnya. "Berarti kamu udah lulus dong sekolahnya?"

"Udah teh dari satu tahun yang lalu" jawab Bagus.

"Kenapa gak lanjut ke universitas? Sayang tau, dek" ucap Nana.

Terdengar helaan nafas berat dari Bagus. Nana yang mendengar itu tentu saja langsung menghentikan langkahnya.

"Kenapa, dek? Ada sesuatu yang kamu pikirin?" tanya Nana.

"Sebenarnya Bagus pengen lanjut ke universitas, teh. Meski ayah dan ibu mendukung Bagus dan mampu untuk biayain kuliahnya, sampai saat ini Bagus masih belum tega untuk ninggalin ayah sama ibu berdua di sini. Bagus kepikiran gimana jadinya ayah dan ibu kalau cuman tinggal berdua di rumah."

Memang, Bagus adalah anak satu-satunya dari paman Danu dan juga bibi Ayu. Selain itu, akses yang jauh dari ibu kota, membuat para anak yang ingin melanjutkan pendidikannya ke tingkat universitas harus hidup berjauhan dengan keluarganya.

What Happened in Bandung? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang