PART 23

1.6K 107 1
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

----------------------------------------
CIUMAN TIDAK LANGSUNG

Tidak ada angin dan tidak ada hujan, tiba-tiba saja Nana di kejutkan dengan kedatangan Aldo yang kini berdiri di depannya dengan tersenyum manis. Nana yang melihat kedatangan Aldo tentu saja di buat terkejut, pasalnya lelaki itu tidak pernah mengatakan kepadanya akan berkunjung ke rumah sang paman.

"Do, kok ke sini?"

"Kenapa? Aku gak boleh ke sini ya?"

Sahutan dari Aldo tersebut malah membuat Nana kelabakan. "E-eh bukan gitu maksud aku. Maksudnya, kok kamu gak ngabarin sih kalau mau ke sini. Kalau tau kamu ke sini aku kan bisa lebih prepare gitu loh."

Prepare yang di maksud Nana adalah memperbaiki tampilan, baik pakaian atau pun riasan wajah dan juga rambutnya. Nana sedikit merasa insecure jika menampakkan wajah tanpa make up nya itu kepada orang lain, meskipun Aldo orangnya. Nana adalah tipe orang yang selalu memperhatikan penampilan, sekalipun dia berada di rumah.

"Aku ke sini juga dadakan kok. Aku cuman pengen tau kondisi kamu aja. Oh iya? gimana kepalanya? Udah mendingan?" tutur Aldo.

"Udah mendingan kok, Do. Makasih ya, ini juga berkat kamu" sahut Nana dengan tersenyum.

"Eh astaga! Sampai lupa aku. Ayo masuk dulu."

Nana pun mempersilahkan Aldo agar masuk ke dalam rumah. Gara-gara terkejut melihat kedatangan lelaki itu ke sini, dia sampai lupa menawarkan lelaki itu untuk masuk ke dalam rumah.

"Kamu mau minum apa, Do?"

"Gak usah repot-repot, Nay. Aku ke sini cuman mau lihat kondisi kamu, bukan mau ngerepotin kamu."

Nana yang mendengar ucapan Aldo sontak menggelengkan kepalanya. "No, kamu gak ngerepotin aku. Yaudah, tunggu sebentar ya aku buatin kamu minum dulu."

Tanpa persetujuan dari Aldo, Nana langsung berjalan ke arah dapur untuk membuatkan lelaki tersebut minum.

Setelah beberapa menit, Nana kembali dengan secangkir minuman di tangan kanannya. "Ini, di minum ya ..."

"Makasih, Nay" ucap Aldo dan mengambil cangkir yang berisi minuman tersebut untuk dia minum.

"Gak kemanisan kan, Do? Aku ingat dulu kamu gak suka sama yang terlalu manis" tanya Nana.

"Pas kok rasanya, aku suka" jawab Aldo yang membuat Nana langsung menghela nafasnya lega.

"Paman, bibi, sama Bagus kemana? Kok kelihatan sepi?" tanya Aldo sambil melirik kanan dan kirinya.

"Paman lagi pergi ke kota bentar. Terus kalau Bagus sama bibi lagi di belakang, mereka lagi panen-panen sayuran. Aku padahal mau ikut, tapi gak di bolehin" jawab Nana dengan wajah yang cemberut.

"Menggemaskan" batin Aldo sambil menatap Nana dengan tersenyum.

"Kok kamu malah senyum sih, Do? Kenapa?"

Aldo yang kepergok itu pun langsung merubah ekspresinya. "Gak papa kok. Oh iya, aku bawain kamu coklat. Sebentar."

Aldo lalu mengambil coklat yang sudah di bawanya sejak tadi di dalam tas kerjanya dan kemudian memberikannya kepada Nana.

"Wah! Kamu tau banget kalau aku lagi pengen makan coklat sekarang. Makasih ya, Do. Kamu emang paling peka orangnya" seru Nana yang sudah mengambil coklat di tangan Aldo.

"Sama-sama, Nay."

Aldo tersenyum ketika melihat Nana yang terlihat senang dengan coklat yang dia bawa. Bahkan, kini gadis di depannya itu terlihat memakan coklatnya dengan wajah yang menggemaskan menurutnya.

"Do, enak bang--- uhuk uhuk uhuk!"

Aldo yang melihat itu pun dengan cepat mengambil cangkir yang berada di depannya dan memberikannya kepada Nana. "Minum, Nay."

Tanpa pikir panjang, Nana langsung mengambil cangkir yang di berikan Aldo kepadanya dan meminum air yang berada di dalam cangkir tersebut.

"Ah! Makasih, Do" lega Nana.

"Makanya, kalau makan pelan-pelan, Nay. Gak ada yang bakal ngambil coklat kamu kok" tegur Aldo.

"Ya gimana, abisnya coklat yang kamu kasih ini kebetulan kesukaan aku" sahut Nana yang belum menyadari suatu hal.

"Mau minum lagi?" tanya Aldo.

Nana menggelengkan kepalanya pelan. "Gak. Udah cukup, Do."

"Makan coklatnya pelan-pelan, nanti keselek lagi" ucap Aldo yang melihat ingin memakan coklatnya lagi.

Coklat yang sudah hampir masuk ke dalam mulutnya itu sontak berhenti ketika mendengar ucapan Aldo. "Tunggu-tunggu. Bukannya tadi gue cuman bikin satu minuman doang ya? Berarti tadi air yang di kasih Aldo sama gue itu minuman yang gue bikin buat dia. Tapi, bukannya minuman itu udah Aldo minum ya? Berarti, gue minum di gelas yang sama kaya Aldo. Itu tandanya sama kaya ciuman gak langsung dong?

Wajah Nana seketika memerah ketika memikirkan hal yang berada di kepalanya saat ini.

Aldo yang melihat jelas perubahan wajah Nana itu pun mengkerut bingung. Apalagi melihat coklat yang masih berada di dekat mulut gadis tersebut. "Nay, kamu kenapa? Kok malah diam?"

Nana langsung menatap wajah Aldo dengan lekat. "Do, kamu tadi ngasih minuman kamu sama aku kan?"

Aldo mengangguk tanda mengiyakan. "Terus?"

"Do, bukannya itu sama aja kita ciuman secara gak langsung ya?"

Aldo yang mendengar ucapan Nana itu hampir tersedak air ludahnya sendiri. "Kamu kata siapa kalau itu tandanya ciuman secara gak langsung?"

"Ya kata orang" jawab Nana agak gugup.

Aldo pun melirik pada cangkir yang berada di depannya. Aldo ingat di mana tempat dia meletakkan bibirnya di cangkir itu. "Nay, kamu tadi minumnya di bagian mana?"

"Kayanya di sini deh tadi" tunjuk Nana pada salah satu sisi cangkir di depannya

Aldo terdiam, namun di dalam hatinya dia diam-diam merasa senang. "Nay, kayanya kamu benar. Tempat kamu minum itu tadi, tempat dimana aku minum sebelumnya."

"Do, serius?" tanya Nana yang kini menegakkan tubuhnya.

Aldo mengangguk.

"Do, jadi kita--- ciuman?"

"Ciuman gak langsung" koreksi Aldo.

"Kalau kamu mengatakan ciuman, bukannya itu terdengar begitu nyata. Atau kamu ingin membuatnya menjadi nyata, Nay?"

"Do!"

Aldo terkekeh begitu melihat mata Nana yang melotot ke arahnya dan bahkan wajah gadis itu memerah karena ucapannya.

"Aku bercanda, Nay. Mana mungkin aku berani melakukan itu. Kecuali aku khilaf ya."

Nana yang mendengar itu langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain. Dia benar-benar tidak menyangka jika Aldo berani mengatakan itu kepadanya. Apalagi, pipinya yang tiba-tiba merasa panas ketika mendengar ucapan Aldo tersebut.

"Ck, kenapa pakai malu segala sih!" batin Nana meraung.

Tanpa Nana sadari, sedari tadi Aldo menatapnya dengan tersenyum. Laki-laki itu kini sedang menikmati wajah malu dari gadis tersebut.

"Lucu."

-bersambung-









What Happened in Bandung? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang