[BR-05] Lamaran Toji✓

2.6K 186 20
                                    

Toji justru tersenyum geli mendengar itu.

"Saya suka ngerepotin kamu. Kenapa kamu ga suka ngerepotin saya?"

Dengan paksaan, ia lepas pelan tangannya yang dipegang. "Yaa, karena om kan udah tua. Masa saya harus ngerepotin orang tua."

Toji mendengus sambil melirik ke tangan yang sempat dirinya pegang tadi kini disembunyikan Satoru ke belakang punggungnya. Wajahnya tampak sedikit jengkel, entah karena masalah tangan atau karena disinggung mengenai usia.

Jelas sekali juga topik seperti usia sangat sensitif bagi kebanyakan orang. Satoru tahu karena ia juga begitu, tapi bodo amat.

"Saya? Tua? Emangnya kamu pernah liat KTP saya?" kesel Toji, padahal dia tahun ini baru 34. Menurut Toji, dirinya tak setua itu. Meski anak ceweknya──Tsumiki sekarang sudah bersuami dan baru memasuki periode hamil 8 bulan.

"Nggak sih, tapi muka sama style om udah ngejelasin semuanya."

"Kenapa sama muka dan gaya saya?" Toji natep Satoru nanar.

'Gak sadar diri' kalimat yang langsung terlintas di benak Satoru saat dirinya memperhatikan penampilan Toji dari atas sampai ke bawah.

Sendal jepit burik, celana pendek levis yang dibawah lutut, terakhir kaos item ketat yang terlihat begitu merekat ke kulit seperti di beri lem saja. Sebenarnya tak ada yang salah dengan gayanya. Sederhana dan kasual saja setiap kali om ini berkunjung.

Tapi katanya bos tambang kan ya? Ini baru pulang ngantor, kok pakaiannya santai amat. Mana cowok satunya lagi yang terlihat sedang santai di dalam mobil──yang Satoru tebak ialah sopir Toji, juga tak kalah ngawur style nya.

Pengen julitin tapi Satoru tak mau cari penyakit. Dia diam saja sambil curi-curi pandang ke Toji dan Mei di pojokan.

'Kalo orang emang dasarnya peka dan pengen bantu, pasti gue langsung di beliin sepeda ato minimal motor lah. Daripada di kasih anter jemput ato tebengan, jelas banget niat nya mau ngebikin gue ketergantungan sama mereka.'

Satoru yang sibuk dengan pikirannya bisa mendengar dengusan jengkel Toji yang lain dan suara beratnya kembali berbicara.

"Pesanan saya kali ini seperti biasa," kata Toji datar dan memutar matanya ke arah mobil nya.

Satoru beri anggukkan dan dirinya segera pergi ke dapur untuk menyampaikan pesanan Toji yaitu ayam kremes dan tak akan lupa seteko alkohol.

Didapur.

Satoru sedang duduk santai di kursi plastik yang diseberang nya, ada tiga koki pria yang tengah sibuk memasak dan sisanya juga terlihat sibuk untuk mengatur pesanan para pelanggan lain.

Lagi asik-asik ngelamun, pundaknya tiba-tiba saja di tepok oleh Mei. Kaget lah Satoru.

Ia latah berdiri untuk menendang kursi hingga kursi plastik tersebut terpental.

"..?" Mei melihat nya dengan tatapan bertanya.

"Sorry Tan, ga sengaja." Satoru menggaruk kepalanya.

"Itu 70.000 ribu. Kursi premium merk Napoli loh, sayang?" Mei mengambil kursi itu untuk ia letakkan di tempat semula.

"Iya deh, aku ganti?"

"Potong gajih aja deh." giliran Mei yang duduk disana. Memang kursi yang disediakan disini buat dirinya mantau-mantau kondisi dapur.

"Saya ponakan angkat tante loh." Satoru merengut. 'Dasar jablay pelit, perhitungan lagi. Pantesan jadi janda, cih! Ups.'

"xixixi, udahlah ya. Kamu kek nya ga bisa di ajak becanda hari ini. Kenapa nunggu disini atuh? Biasanya kalo nunggu masakan nya selese, kamu duduk di situ anteng buat nemenin tuh om ganteng." Mei terkekeh geli.

Breaking Rocks [SukuGo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang