[BR-18] Pasrah✓

1.1K 68 13
                                    

“Gue tau lo udah bangun, monyeddd!”

Satoru yang geram, menyambar bantal diranjang sebelahnya lalu membekap wajah Sukuna kuat.

Seketika mata Sukuna terbuka. Terdengar napas tersendat dari bekapan itu. “SAT!”

Gerak liar Sukuna yang berusaha bebas buat Satoru kewalahan menahannya.

Tanpa disadari, ia sudah berpindah di ranjang sambil menindih Sukuna dibawah.

Bahu Satoru pun berhasil dicengkram erat sama tangan Sukuna. Dengan cekatan, si pria bertato membalik posisi mereka. Satoru dibawahnya, dan kini ia yang menindih do'i.

Mata Satoru membelalak saat sadar dirinya sekarang sedang dipenjara oleh tubuh Sukuna. “Suk──!”

“Ssstttt.” Lekas Sukuna membekap mulut Satoru menggunakan tangannya.

Mata do'i menyiratkan protes tertahan, tapi tak lama kemudian dia tertegun dan akhirnya menelan bulat-bulat suaranya.

Ada suara pintu yang dibuka. Suara beberapa pria terdengar setelahnya. Rupanya, ada anak-anak kelas lain didepan UKS, dan Sukuna mendengar kedatangan mereka. 

Untungnya, Satoru sempat menarik tirai diranjang yang Sukuna tempati sebelumnya. Berkat dua lapis tirai putih, nggak ada yang bakal liat situasi ambigu mereka sekarang.

“Mana sih obatnya?”

“Coba cari di kotak p3k yang di bagian laci bawah lemari tuh. Isi obat-obatan nya lebih banyak ketimbang yang ditembok.”

“Kocak, kocak. Lagian ngapain juga sih lu pake lari-larian di koridor? Kan jatuh, siapa juga yang susah?”

“Elah, bro. Ngedumel trus, utang lu sama gue masih belum lunas yee.”

Sementara di tkp.

Suasana senyap merayapi, membuat ketegangan mengendapkan diantara mereka. Keduanya tak berani membuat suara apapun, terutama Satoru. Dia sangat takut ketauan.

Tak perlu dijelaskan panjang lebar, jika orang-orang melihatnya satu ranjang dengan ketua geng bergengsi seperti Sukuna, dapat Satoru bayangkan reaksi mereka.

Tidakkah kehidupan sekolahnya makin hancur dengan segala macam gosip buruk dari mulut-mulut orang, bahkan jadi pemberitaan viral di mading sekolah?

Mata Satoru berkedip, terkejut ketika ia rasakan tubuh Sukuna makin mendempetinya.

Napas hangat merembes menyentuh permukaan kulit wajahnya, buat Satoru merinding, lalu segera memalingkan kepalanya.

Kontak fisik terdekat yang sejauh ini Satoru dapatkan! 

“Minggir.” desak Satoru pelan, masih memalingkan muka, namun Sukuna  tak menggubris. Pria diatas tubuhnya tampak menyeramkan. Wajah yang sedikit pucat, dan kantung mata yang terlihat beranak, tapi tatapan yang keluar dari sepasang mata kelelahan itu seakan menggerogoti diri Satoru. Entah dia salah lihat atau apa, Sukuna sedari tadi menelisik wajahnya dengan berbagai macam ekspresi.

Dari heran, ke terkejut, lalu serius. Apa orang ini mabok? Padahal pagi tadi masih sehat.. Eh, rasanya, dia tak sempat memerhatikan wajah Sukuna tadi pagi karna dirinya masih kepalang ngantuk.

Tak sampai lima menit, dua remaja laki-laki lain yang sempat terlibat debat kusir diruangan UKS itu, berlalu pergi.

Satoru akhirnya dapat bernapas lega. Ingin segera bangkit, anehnya Sukuna menahannya.

“Bentar, deh, Sat.” Tangan pria itu menyibak surai putih yang menutupi dahi do'i. “Ini bekas luka apa?”

Jari Sukuna menunjuk ke bagian dahi atas, tepatnya tempat yang sering ditumbuhi oleh anak-anakan rambut. Disana, terdapat luka bekas jahitan yang cukup besar. Sukuna meraba bekas luka yang telah menggelap itu. Mata yang dari tadi sayu, langsung tegak begitu merasakan teksturnya.

Breaking Rocks [SukuGo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang