[BR-14] Arc Flashback: Unwanted Child Pt.2✓

728 74 12
                                    

"Something must have triggered his anger."

°°°

Dua tahun anehnya tak terasa telah berlalu.

Sisi baiknya, Sukuna tak pernah mencoba tantrum lagi semenjak Uraume menetap di sisinya. Sedang sisi buruknya, perasaan meluap-luap itu masih ada seperti parasit dan seolah telah mengakar kuat di kedalaman hatinya.

"Kuna, ayo teriakin aku! Ayo!"

"Ume, aku ga bisa! Aku ga bisa buat-buat amarah palsu kayak gitu.."

Uraume mondar-mandir sejenak. Matanya tiba-tiba berbinar saat terlintas akan sesuatu ide.

Pria muda itu lantas keluar dari kamar tuan muda Ryoumen lalu kembali lagi tak lama kemudian dengan sebuah bingkai foto yang besarnya sekiranya seperti tubuh Sukuna yang sekarang baru berumur 9 tahun.

Sukuna yang duduk manis di atas karpet mengerutkan keningnya saat melihat Uraume membawa foto orangtuanya.

"Buat apa?"

Uraume tersenyum, bingkai foto itu ia dirikan dilantai, mengarah langsung pada Sukuna.

"Apa yang kamu pikirkan saat melihat wajah dua orang ini?"

"... Mereka jelek?"

"Bukan itu. Ah, kalimat ku yang salah. Maksud ku apa yang Kuna rasakan saat melihat wajah mereka?"

"Hmm. Aku merasakan perasaan menggebu-gebu itu lagi, Ume."

"Bisakah kamu melihat mereka sekali saja keluar dari gambaran yang ada di kepala mu?" tanya Uraume. Ingin mengukur sejauh apa kebencian Sukuna terhadap orangtuannya.

Alis anak itu mengerut dalam.

Uraume memutar otaknya lagi. Bersikeras bernalar dengan anak berusia 9 tahun itu.

"Begini, Kuna. Gambaran apa yang cocok untuk mereka?"

Uraume mengambil sebuah buku siksa neraka yang sampul nya terdapat banyak sosok-sosok iblis berwujud menyeramkan. Biasanya cocok untuk menakut-nakuti anak kecil. Sedangkan tangannya yang lain meraih sebuah buku yang bersampul seorang wanita bersayap putih dengan lingkaran halo diatas kepalanya.

"Kiri atau kanan?"

Sukuna menunjuk kiri, buku bersampul iblis itu. "Iblis yang lidahnya menjulur itu sangat cocok dengan ibu. Yang kerempeng mukanya merah keriput sangat cocok dengan ayah," ungkapnya santai.

"..." Uraume sedikit terdiam. Dia tidak menyangka dengan deskripsi detail anak itu.

"Kalo yang kanan itu Ume." anak itu berucap lagi dengan senyuman lebar.

Uraume berdehem pelan lalu mengangguk.

Yah, seharusnya ia menjauhkan sumber amarah anak ini. Tapi menurutnya, orang-orang tidak akan mendapatkan titik terang akan kesembuhan jika terus menghindari hal tersebut.

Breaking Rocks [SukuGo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang