[BR-33] Sebenarnya✓

464 47 20
                                    

Sukuna sempat membeku. Sebelum ia tersadar dengan jawaban apa yang dimaksud Satoru.

Alis Sukuna mendadak mengerut. Tiba-tiba sekali?

Juga bagaimana Satoru bisa tahu dirinya ada disini? Padahal Sukuna sudah menyuruh semua orang yang tahu tutup mulut. Dia hanya tak ingin berita tentang kecelakaan ini tersebar lebih jauh. Semoga saja hanya Satoru yang tahu. Sukuna masih ingin menjaga image ketuanya dimata para geng lain.

Pandangan Sukuna segera tertuju ke Hakari yang masih berdiri didepan pintu.

Menyadari tatapan tajam itu, Hakari mundur selangkah lalu menyilangkan kedua tangan sambil menggeleng cepat, seakan bilang, 'bukan gue! Sumpah!'

Sukuna menghela napas ketika mendengar isakan pelan berupa tarikan ingus putus-putus di bahunya. Jika bukan karna keadaannya sekarang, Sukuna jamin dia akan melompat gembira.

Tapi situasi sekarang tidak memungkinkan, ada banyak orang, ia juga terluka, kemudian ada Uraume disini. Hanya melihat wajah pria itu saja sudah cukup menghancurkan euforia dari penantian Sukuna selama ini.

Ia akhirnya membalas pelukan Satoru, dengan tangannya yang tak terluka, melingkari erat pinggang sempit Satoru sambil sesekali mengusapnya. Nenangin. Sukuna mengirim tatapan mematikan ke semua orang yang tengah mematung diruangan itu sambil memandangi mereka.

Hakari yang sadar maksud dari tatapan itu segera membubarkan para anggota.

Mereka pun buru-buru keluar dari ruangan itu lalu berpindah ke kamar sebelahnya. Ruangan tempat anggota mereka yang lukanya jauh lebih parah dari Sukuna.

Uraume tampak enggan beranjak. Tatapan Sukuna dan Uraume sempat bertemu, sepasang ruby tanpa emosi sama sekali. "Uraume, kalo lo mau mengadu lagi, silahkan. Gue siap berurusan sama mereka."

Mata Uraume melebar. Lalu pandangannya menunduk, ketika Hakari ingin menghampirinya untuk mengajaknya keluar, Uraume memilih melengos lebih dulu melewati Hakari dan tanpa meninggalkan sepatah katapun pada Sukuna.

Tepat disaat semua orang pergi dan Hakari menutup pintu kamar itu, Satoru melepaskan pelukan mereka sebentar. Matanya masih basah oleh air mata, tapi dengan suara serak, ia tetap bertanya. "Yang tadi Uraume kan? Kenapa diusir?"

Kalau dilihat-lihat kondisi sekarang lucu juga. Pikir Sukuna. Satoru menangisinya. Yang artinya lagi Satoru begitu mengkhawatirkan keselamatannya. Bukankah itu artinya Satoru sudah menganggap dirinya spesial? Atau jangan-jangan Satoru ingat semuanya?

Semua praduga itu buat senyuman kecil Sukuna mengembang lebar. Ia usap lembut air mata Satoru dengan jempolnya. "Siapa yang ngusir? Toh dia pergi atas kemauannya sendiri."

Dari wajahnya, Sukuna tau Satoru akan membahas Uraume lagi. Tak ingin membuat dirinya emosi dan malah nantinya berakhir membentak do'i, Sukuna negur. "Udah gak usah ngurus dia. Urus dulu omongan lo tadi. Lo serius udah tau mau jawab apa?"

Satoru mengedipkan matanya saat air mata yang terakhir turun. Air dimatanya sudah kemarau, dan Satoru mendadak termenung. Dititik ini kepalanya mulai jernih, Satoru melepaskan diri dari Sukuna lalu lihat kondisi pria bertato itu dari atas ke bawah dengan lebih teliti.

Wajah Sukuna yang bingung itu sedikit memar tapi tak terlalu pucat, tangan kiri yang dibalut gips, kemudian ada kaki kiri yang cuma diperban. Lukanya ternyata tak separah yang ia pikirkan.

Sialan. Kirara, Hakari, Yorozu, reaksi kalian tadi sangat berlebihan seolah Sukuna sedang berjuang untuk hidupnya!

Mengingat apa yang baru saja ia lakukan dan katakan tadi, wajah Satoru langsung meledak oleh rona merah yang parah.

Breaking Rocks [SukuGo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang