[BR-24] Ketemu lagi✓

439 54 65
                                    

Satoru membuang napas letih lewat mulutnya. Energinya terasa terkuras habis hari ini saat mengurus Toji dan juga Megumi yang nangkring diwarung berjam-jam.

Terutama anak laki-laki itu, langsung menempel padanya kemana-mana layaknya permen karet. Semua pelanggan kebingungan dengan kehadiran Megumi yang melekat digendongan Satoru. Apalagi ketika anak laki-laki itu terus memanggil Satoru yang sibuk melayani orang dengan sebutan Mama dihadapan semua orang.

Satoru merasa tak berdaya. Ingin melarangnya, tapi anak itu terlihat sangat bersemangat. Toji yang licik juga terus memercikkan bahan bakar hingga membumbungkan kepedulian Satoru terhadap anak laki-laki itu.

Toji bercerita, dulu anaknya itu terlihat cerah, gemuk juga penuh semangat. Namun sekarang, Megumi sedang mengalami kondisi picky eaters yang agak ekstrim, sering murung alias jadi pendiam. Anak itu juga suka mengurung dirinya di kamar setelah sepeninggal sang ibu.

Tak heran ketika Satoru menyentuh tubuh anak itu untuk pertama kali, terasa kurus, seolah tak banyak lagi daging yang tersisa ditubuh mungil itu. Untung, penampilan anak itu agak tertolong dengan pakaiannya yang oversize. Jadi tak terlalu tampak bahwa Megumi sekarang sedang mengalami malgizi.

Awalnya Satoru ingin mengomeli Toji tentang ketidakbecusan pria paruh baya itu dalam mengurus anaknya sendiri. Namun setelah mendengar cerita sedih dibaliknya, yang mau tak mau Satoru percaya, dia mencoba maklum.

Meski Toji sudah memperkerjakan baby sitter, tak juga membuat kondisi Megumi membaik. Justru katanya anak itu terlihat tak nyaman dan tak senang dengan kehadiran baby sitter pilihan yang merawatnya. Jadi Toji berinisiatif menarik kembali mereka. Jika Toji tak melakukan itu, anaknya mungkin akan terus memendam keluhannya dalam diam dan berakhir stress diusia muda.

"Sepertinya saya sudah menemukan solusi terbaik untuk mengatasi kondisi anak saya ini. Makasih, Satoru. Kamu memang calon Ibu yang sangat baik dan pas untuk anak saya. Padahal tadi di rumah Gumi terus merengek dan menolak buat makan. Tapi pas disuapin sama kamu, dia malah nagih dan minta tambah terus. Sudah lama saya gak melihat Gumi sebahagia ini. Mulai sekarang, saya akan terus bawa Gumi kesini buat ketemu sama kamu."

"... " Satoru sampai tak tahu harus bereaksi bagaimana.

"Kenapa Mama ga ikut kita pulang, pa?" tanya anak itu terdengar sedih.

Satoru menghela napas, bergerak mengusap kepalanya. "Karna besok Mama──a-aku harus ke sekolah Gumi. Nanti dirumah pas udah sampai, langsung tidur, ya. Esok pagi juga makan yang banyak supaya Gumi jadi anak yang sehat, biar cepet masuk sekolahnya. Gumi kan sekarang udah lima tahun."

Anak itu mengangguk pelan. "Mama, Gumi mau cipika-cipiki sama Mama."

Satoru mengernyit keheranan. "Darimana kamu tau cipika-cipiki?"

Dengan begitu polosnya, Megumi menunjuk wajah Toji, yang tengah menggendongnya. "Papa yang nyuruh."

Satoru melirik Toji bagaikan tatapan bombastic side eye. Pria paruh baya itu hanya melemparkannya senyuman tipis.

"Papa, ga ikut cipika-cipiki sama Mama?"

Satoru langsung menolaknya tegas. Membuat Megumi terlihat sedih, tapi Satoru putuskan buat mengeraskan hatinya agar ia tak iba pada anak itu sehingga harus melulu menuruti permintaannya.

"Yakin tidak ingin saya antar?"

"Udah 20 kali Om bilang gitu." Satoru merengut. "Jawaban aku tetep sama. Enggak."

Toji menghela napas, tak berani memaksa Satoru lebih jauh.

Setelah selesai cium pipi kanan dan kiri tersebut pada Megumi, ayah dan anak itu pun mengucapkan selamat tinggal.

Breaking Rocks [SukuGo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang