[BR-36] Rumah Sakit Jiwa✓

435 36 27
                                    

Enggak.” Nenek terdengar menghela napas. “Itu semua cuma kebohongan yang Mbah buat supaya Oru gak ngungkit masalah orangtuanya lagi.”

Adalah kata-kata Nenek Satoru ketika Sukuna dan Kirara mengunjunginya. Sebelumnya, keduanya sudah bercerita banyak sebelum akhirnya topik sampai ke titik ini.

Beliau untungnya terlihat bugar. Meski masih harus dibantu buat duduk  oleh keduanya.

Sukuna mengerutkan kening setelah mendengar jawaban itu.

Dia baru saja menanyakan tentang, mengapa camernya──Bokap Satoru, menitipkan calon istrinya──Satoru, ke Tante Mei itu?

Tapi inilah jawabannya? Semua itu bohong?

Melihat wajah Sukuna yang bingung, Nenek tertawa kecil. Ia pun memanggil kedua pria itu untuk duduk didekatnya.

Sukuna segera duduk di tepi ranjang beliau. Sementara Kirara tetap berdiri disamping Sukuna dengan ekspresi penuh perhatian menyimak percakapan mereka.

“Nek, mungkinkah.. ”

Nenek mengangguk, lalu menghela napas. Suara beliau terdengar parau. “Oru gak dititipin. Tapi dia kabur dari Ayahnya.”

Seketika, Kirara dan Sukuna saling memandang. Keduanya memiliki ekspresi buruk.

“Nenek.. Maaf lancang, tapi anda tau gak kalau Ibu Satoru sudah tiada?” Kirara bertanya dengan hati-hati.

Nenek menatapnya dengan rumit lalu mengangguk. “Meski Mbah gak dikasi tau, Mbah punya dugaan. Tapi Mbah memutuskan buat gak peduli. Mbah lebih pengen fokus sama kehidupan cucu-cucu Mbah sekarang.”

Sukuna setuju tentang ini. Ia tiba-tiba mengingat Oma dan Kakeknya. Jika bukan karna pengaruh mereka, ia tidak diragukan lagi akan kesulitan buat hidup nyaman sampai sekarang. Takuna dan Sunoshi kemungkinan sudah lama akan membiarkannya mati atau setidaknya membuang dirinya ke panti asuhan.

“Maksudnya kabur itu, Satoru kaburnya ke Tante Mei kah? Apa Tante Mei gak nyeritain sesuatu sama Nenek?” tanya Sukuna.

Nenek menggeleng. “Mbah gak tau apa-apa selain itu. Mei.. Wanita itu gak bisa dipercaya. Mbah juga ogah nyari tau sesuatu dari dia. Tapi yang pasti, Oru memang berada di situ entah gimana setelah dia kabur dari John. Mbah yang jemput Oru gak lama setelahnya.”

Nenek tiba-tiba menatap Sukuna dengan pandangan yang melembut. “Sukuna, kamu sangat suka sama Satoru?”

Sukuna segera mengangguk tegas. “Sukuna cinta sama Satoru, Mbah.”

Kirara entah kenapa menutup wajahnya malu setelah mendengar ucapan Sukuna.

Nenek tersenyum, “cucu Mbah yang satu itu keras kepala. Dia pasti sudah sering membuat kamu repot.”

Sukuna tersenyum.

Lalu dia berdiri dan menatap sang Nenek dengan tatapan serius. Sukuna berlutut sambil mengambil kedua tangan Nenek buat dia cium.

Sukuna sungkem, guys.

“Nenek, Sukuna pengen restu, Nenek. Sukuna bakal menjanjikan semua yang Nenek mau, semua yang bakal membuat Satoru bahagia selama sisa hidupnya.”

Satu tangan Nenek terangkat dan mendarat dibelakang kepala Sukuna. Beliau tersenyum penuh arti. “Sejak Mbah nerima kamu masuk ke rumah kami, restu Mbah udah lama menyertai kalian berdua.”

“Tapi sebelum kamu menjanjikan hal besar, bisakah Mbah meminta kamu menjanjikan hal kecil?”

“Apa itu, Nek?”

Breaking Rocks [SukuGo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang