[BR-15] Arc Flashback: Unwanted Child Pt.3✓

658 86 40
                                    

"Are you a trigger or a suppressor?"

°°°

Dia berperilaku baik. Menuruti semua apa yang sang pengasuh nya katakan tidak lebih dari sebatas keinginan kuat anak itu untuk meng-keep Uraume agar tetap disisinya.

Dia hanya takut ditinggalkan lagi oleh pria manis itu.

Meski sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya, Sukuna memegang keyakinan mutlak bahwa Uraume tidak akan pernah meninggalkannya lagi seperti waktu itu──dengan catatan; dirinya harus berperilaku baik.

Yang disadarinya sekarang adalah orangtuanya tampak memanfaatkan kelemahannya itu.

Sebakan Sukuna benar-benar harus menerapkan catatan diatas dengan sebaik-baiknya agar orangtuanya tidak menjauhkannya dari Uraume.

Dan sekarang, sudah dua bulan semenjak Sukuna bertemu dengan sosok kuncir itu.

"Oy cakep, ga usah ngerayap di tembok rumah ku kayak cicak lagi. Bilang aja nanti kalo kamu mau kesini. Bakal ku bukain gerbang belakang," ujar Sukuna kecil sambil memainkan surai lembut sosok yang duduk dipangkuan nya dengan sedikit takjub. Bagaimana bisa ada rambut seputih dan sehalus sutra? Pikirnya.

"Ga mau. Kalo Una buka, nanti aku ga bisa manjat."

"Aneh. Kenapa suka banget manjat? Kamu monyet?"

"Emang ada monyet cakep kayak aku?" Sosok itu yang menurut Sukuna kisaran umur 6-7 tahun tampak mengibaskan kunciran kembarnya dengan bangga.

Sukuna menaikkan satu alisnya, kecil-kecil udah narsis, pikirnya miris. "Ada."

"Hah? Kok aku ga tau?" safir biru besar itu membulat.

Sejak pertama kali tatap muka, Sukuna begitu takjub dan jadi penasaran dengan sepasang biru berkilau itu. Mengikuti kebiasaannya belakangan ini yang memang suka memandangi bentangan langit, bikin Sukuna membuat kesimpulan tentang mereka ialah semacam keindahan dari duplikat langit siang hari nan terik ini.

"Monyet kok nanya monyet. Udahlah minggir. Kamu ganggu, aku mau baca buku." dengan tanpa bersalahnya, Sukuna mendorong si kuncir dari pangkuannya hingga si kuncir terjerembab ke depan.

"Una jahat! Jangan kasal-kasal dong sama aku! Nanti kamu aku tinggalin, bakal nyesel tau!" protesnya setelah berdiri lalu berkacak pinggang.

"Bacot bocah caper. Udah sana pergi. Gak usah lagi dateng-dateng kesini. Kamu disini tuh cuma jadi penganggu." Sukuna ngelirik sinis.

Si kuncir tampak marah. Pipinya menggembung kesal. Dia ikutan mendengus sambil menghentakkan kaki kecilnya pada rerumputan taman. Safir biru nya nyalang tatap sosok Sukuna yang terlihat sudah fokus membaca buku. "Yaudah, aku pelgi! Awas kalo Una nyali, ga bakalan ketemu aku lagi!"

Meski luarannya marah, dalam hati si kuncir, sesungguhnya ia keheranan. Si Sukuna ini sungguh sulit dimengerti.

Perilakunya kadang seolah menyambut hadirnya kadang juga seolah menolak hadirnya, seperti saat ini.

Breaking Rocks [SukuGo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang