[BR-11] Diajak? Nope, Dipaksa Nge-date✓

1.7K 107 28
                                    

Sumpek banget sumpah lihat Sukuna sksd sama neneknya.

Ada rasa kaget, malu dan jengkel tentunya pas tahu Sukuna beneran nekat bertamu ke rumahnya. Padahal, gak kehitung berapa kali dulu Satoru memperingati Sukuna perihal jangan datang ke rumahnya.

Sekarang Satoru lagi di dapur. Niat awal pas liat neneknya ngajak Sukuna masuk─padahal mau kabur si Satoru, lewat belakang rumah. Kemana gitu sambil nungguin Sukuna bosen terus out dari rumahnya. Tapi, semua itu gagal, gara-gara neneknya neriakin dia buat bikinin teh.

"Bikinin ini teh buat temen kamu. Masa temen mau ditinggal gitu aja? Ga sopan, sana ke dapur!"

Satoru sumpah malu semalu-malunya pas diteriakin gitu dihadapan Sukuna. Mana ekspresi Sukuna kayak ngetawain dirinya lagi. Ngeselin banget, apalagi liat dua orang yang lagi duduk samping-sampingan di sofa itu, cepet banget akrabnya.

Perlakuan nenek udah kayak ketemu cucu yang bertahun-tahun gak pernah dia temuin.

Kepala Sukuna sampai dielus, terus nenek juga sampai noel-noel bisep Sukuna yang pria bertato itu pamerin.

Ihhhh, pada ngomongin apaan, sih?

Satoru yang saat ini masih mengaduk teh bikinannya di dapur, celingukan ke arah ruang tamu buat memantau kegiatan dua orang yang tampak bersenda gurau.

"Apa gue kasih sianida aja ni teh.." gumam Satoru penuh kebencian saat melihat keduanya kini tertawa.

Bodo lah, semakin cepat ini selesai, makin cepat pula si tato itu pergi.

Satoru membawa nampan berisi teh dan roti tawar itu ke ruang tamu. Hatinya sempat mempertanyakan, ada niat dan tujuan apa sebenarnya Sukuna kemari.

"Nah, nenek pergi dulu ya. Siapa tau kalian ada hal penting yang mau di obrolin." Nenek berkata dengan sumringah pas liat Satoru meletakkan nampan itu ke meja kayu kecil di depan mereka.

Satoru tersentak, gelabakan ingin menahan neneknya ditempat. "Mbah! m-bah, dirumah aja gih. Biar Satoru yang kepasar hari ini."

Nenek menggeleng, melirik bergantian pada kedua remaja itu. "Mbah hari ini lagi dapat jatah kerja sama temen sebaya mbah. Jadi yang bakal kepasar tetep mbah."

Melihat cucunya murung, wanita tua itu menepuk bahu sang cucu dengan kesal.

"Kamu tuh ya lagi ada temen, jangan main tinggal seenaknya. Jarang-jarang kan mbah liat kamu punya temen selain si Jichi itu. Jadi hargai selagi ada yang mau temenan sama kamu. Jangan sesuka hati. Inget, perlakuin temen kamu tuh dengan baik."

Satoru menurunkan alisnya dengan sedih. Ia cuma bisa nunduk sambil ngangguk-ngangguk kecil.

Sukuna yang masih duduk, tampak bersusah payah menyembunyikan tawa nya. Satoru yang sadar segera memelototinya.

"Haish, padahal mbah udah seneng kamu punya banyak temen apalagi yang sopan kayak Sukuna ini," gerutu si mbah saat dia melewati Satoru dan berjalan ke luar rumah.

"Oh, iya. Yuti! Kalo main, jangan kelayapan sampai lupa pulang! Ingat rumah ya!" selalu tak ketinggalan teriakan yang ditujukan pada cucu ke-duanya. Yuuta yang baru keluar dari kamar mandi langsung balas neriak, "Yoi, Mbah!"

Bisa Yuuta rasakan suasana canggung yang menyelimuti sang kakak dan si ketua geng berandal di sekolah nya itu. Yuuta, sih, gak mau ikut-ikutan berurusan sama si pria bertato. Jadinya, pas menilai situasinya sekilas, pria yang baru berusia 17 tahun itu langsung ngacir ke kamarnya.

Segalanya hening.

Sampai Sukuna berdehem.

"Sampai kapan lo berdiri kospley jadi patung gitu? Sini duduk." Sukuna menepuk sisi sofa disampingnya.

Breaking Rocks [SukuGo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang