[BR-21] Dejavu Pt. 2✓

508 51 26
                                    

Kreeet.

Cahaya samar dari pintu yang terbuka sedikit, menerpa wajah Satoru yang terlelap. Kerutan tipis timbul diantara alisnya. Terdengar gumaman tak jelas setelah mata itu terbuka sedikit, lalu terpejam kembali.

Diantara bisingnya raungan kipas angin yang sudah jeblok dikamar itu, derit pelan dari ranjang yang dinaiki menyertai.

Seketika Satoru tertarik dari alam mimpinya.

Dia tersentak dengan mata yang masih terpejam. Tubuhnya kini entah kenapa terasa berat.

Ini.. Ketindihan?!

Satoru mengernyit, dan sekujur badan mendadak tegang. Tak ada pergerakan lagi, sekitaran senyap. Tapi Satoru entah kenapa tak berani membuka matanya. Dia benar-benar sedang berpikir dirinya sekarang tengah ketindihan setan.

“Satoru. Ga mau bangun?”

Tunggu...? Suara bariton itu familiar..

Mata Satoru langsung terbuka lebar.

Terengah-engah pelan, pemandangan langit-langit kamarnya nan gelap lah yang pertama menyambut penglihatannya.

Apakah itu tadi mimpi?

Satoru mengusap keringat yang meluncur dipelipisnya.

Didetik selanjutnya, Satoru akhirnya sadar titik berat yang tubuhnya rasakan berasal darimana.

Ia menatap horor pada gundukan besar dibalik selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya.

“Set──?!”

Sebuah tangan besar muncul dari balik selimut lalu membungkam mulutnya. “Mmh!”

Ruangan kamar gelap gulita. Pintu yang sempat terbuka tadi pun sudah ditutup kembali oleh sang penyelinap. Jadi ketika sosok itu menunjukkan diri, dan menjulang diatas Satoru, wajahnya tersamarkan oleh kegelapan.

Meski begitu, Satoru sangat mengenali sosok si penyelinap melalui sepasang ruby yang menyala dikegelapan.

“Sukuna!” Satoru menyingkirkan tangan yang menutupi mulutnya. “Ngapain lo nyelinap ke kamar gue kayak maling?!”

Teriakan murka do’i hanya dibalas Sukuna dengan seringaian. Jari telunjuk ia letakkan dipermukaan bibir Satoru yang merona.“Sssttt. Sssttt. Pelanin suara lu. Nanti kedengeran orang. ”

Bibir Satoru terbuka sedikit, tapi tak ada suaranya yang berani keluar. Gigi saling mengatup kuat. Pupil langitnya bergetar saat sosok bayangan Sukuna memantul disana. Rasa marah seketika membakar hatinya.

Satoru merasa tindakan Sukuna sekarang sangat kelewatan.

Apakah pria ini berniat melecehkannya ditengah malam buta seperti ini? Disaat ia sedang terlelap? Disaat semua orang tidur dan Sukuna mencoba mengambil kesempatan itu? Apakah ini niat Sukuna sebenarnya datang kemari?

Amarah menguasai, benak Satoru dipenuhi oleh segala macam prasangka buruk.

Seolah memahami prasangka Satoru melalui ekspresi wajahnya, Sukuna justru kembali menyeringai.

Dia menurunkan kepalanya hingga bibirnya sampai disamping telinga Satoru. Kemudian berbisik, “kalo lu beneran gue perkosa, emang lu bakal ngelakuin apa, Sat?”

Jantung Satoru langsung berdebar. Bukan sebuah antipasi, tapi karna dia takut. Meski hanya kata-kata, siapa yang tahu apa yang bisa seseorang seperti Sukuna lakukan.

Orang dengan sifat pemaksa itu selalu nekat.

Meski begitu, Satoru tak mau hanya pasif di situasi ini. Jika ia diam, bisa saja Sukuna salah mengartikan sikapnya.

Breaking Rocks [SukuGo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang