[BR-06] Is Sukuna A Manipulative Person?✓

2.5K 185 25
                                    

Setelah itu, mereka lanjut jalan lagi sambil ngobrol hal-hal yang basic aja. Mencegah kantuk datang lagi.

Seperti biasa, Sukuna nganterin do'i cuma sampai di depan gang. Satoru sendiri yang nyuruh, dikarenakan ia tak mau dijadikan bahan gibahan gratis oleh para tetangganya.

Mengingat dirinya yang sudah lima tahunan lebih nemplok sama neneknya──dirumah warisan mendiang sang suami nenek yang sudah ditelan bumi sejak lama.

Satoru minimal harus jaga sikap sebaik mungkin agar tak mempermalukan nama baik sang nenek yang sudah bertahun-tahun menetap di sekitar sini.

Dari jauh Satoru sudah bisa melihat sosok renta sang nenek yang sedang berdiri di ambang pintu. Nampaknya beliau resah untuk menunggu kedatangan cucu nya.

Satoru mempercepat cara jalannya agar segera tiba di depan neneknya.

"Mbah! Satoru pulang!" dengan sumringah, Satoru menyalimi tangan keriput sang nenek.

Sang nenek yang hampir berusia 60 tahunan tersebut tersenyum lebar, nampakkan isi mulut yang sudah bergigi jarang itu. Sedikit hitam dan sisanya menunjukkan tanda-tanda keropos. Tapi, beliau masih berpunggung tegak dan terlihat bugar untuk ukuran usia segitu.

Melihat gigi nenek yang item-item, Satoru tertawa kecil sambil mengajak neneknya masuk kedalam, "mbah, malem-malem kok malah nginang bukannya bobo. Juga, kan Oru udah bilang ga usah nungguin Oru pulang. Mbah bobo aja sama pintu nya jangan lupa di kunci."

"Kamu kayak ndak tau kebiasaan mbah aja, " sang nenek menggeleng, "tapi Oru nanti ga bisa masuk kalo mbah bobo."

"Oru kan punya kunci serep, mbah." Satoru menghela nafas.

Maklum neneknya sudah tua dan parahnya beliau pikunan akut. Kadang, dia sama Yuuta aja suka ketuker di kenalin neneknya. Padahal Satoru dan Yuuta adalah saudara tak sedarah. Tentu mereka tak memiliki kemiripan dalam hal penampilan.

Yuuta, hanyalah seorang cucu angkat sang nenek, yang ditemukan beliau di depan rumah saat hujan badai datang. Itu terjadi saat Satoru masih balita dan masih tinggal bersama kedua orangtuanya.

Waktu itu, Yuuta juga masih balita dan saat ditemukan, bocah itu di lilit oleh kain putih di sekujur tubuhnya persis seperti pocong, yang untung nya lilitan itu tak sampai menutup area wajahnya.

Sang nenek yang sudah sebatang kara saat itu sempat melapor pada RT setempat dalam laporan penemuan mayat anak kecil didepan rumah nya. Tapi, setelah dibawa ke rumah sakit, anak itu ternyata masih hidup dan dinyatakan hanya pingsan akibat kelaparan dan luka-luka kekerasan yang dialaminya.

Sejak saat itu, sang nenek yang merasa prihatin dan juga merasa bahwa anak itu titipan dari tuhan untuk dia jaga, memberanikan diri untuk meminta izin kepada beberapa pihak berwajib untuk mengasuh anak tersebut. Setelah melalui proses dan prosedur yang merepotkan, akhirnya beliau di izinkan dan menamai bocah itu dengan nama Yuuta, tanpa marga.

Sang nenek membuang nafas panjang sambil menepuk dahinya pelan, "mbah lupa. Oh iya, Yuti ga barengan pulangnya sama Oru?"

Satoru mengerutkan kening, "Yuti belum pulang?"

"Iya, makanya mbah nunggu di luar karna kalian kan sama-sama belum pulang. " akhirnya nenek sedikit sadar, "loh jadi kamu ga barengan?"

"Ya gak lah mbah, ngapain juga dia ngikut Oru. Ke warung nemuin tante Mei aja gak pernah."

"Terus dia kemana jam segini belum pulang?" tanya sang nenek yang nampak cemas dan memandang ke arah luar.

"Bentar mbah, Oru telpon."

Satoru mengambil hp dan segera menelepon sang adik, tapi tetap tak diangkat meski sudah berkali-kali.
Ia pun mencari nomor teman sekelas adiknya itu, seingatnya ia pernah berteman di wa dengan salah satu dari mereka.

Breaking Rocks [SukuGo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang