Beberapa menit berlalu, Angkasa masih setia menunggu bryan terbangun dari tidurnya. Sedangkan Bagas sudah pergi berpamitan untuk kembali ke kelasnya.
Awalnya Bagas menyuruh Angkasa untuk kembali ke kelas juga, namun Angkasa keukeuh untuk tinggal di UKS menunggu sampai Bryan bangun.
Dilihatnya sudah memasuki waktu sore hari, tandanya bel pulang akan berbunyi sebentar lagi. Bryan pun terbangun dari tidurnya karena mendengar suara bel pulang yang lumayan keras sehingga membangunkan nya.
Dilihatnya Angkasa tengah memandang ke arahahnya dengan tatapan khawatir. Bryan tak mampu membalas tatapan Angkasa, dirinya berusaha menghindari tatapan Angkasa dengan rasa gugup yang menghinggapi nya.
"Kenapa?" Tanya Angkasa melihat tingkah laku aneh Bryan.
"K-kamu ga marah kan sama ian? Maafin ian, hiks!" Isak Bryan, Angkasa yang melihat itu langsung membawa Bryan kedalam dekapannya, berusaha menenangkan Bryan agar tidak kembali menangis.
"Sstt! Jangan nangis, udah gapapa" Tenang Angkasa seraya mengusap lembut rambut Bryan.
"Hiks! Maafin ian!" Seru Bryan masih dalam dekapan Angkasa.
Bryan kembali menangis di dalam dekapan Angkasa, tak lama pintu UKS pun terbuka menampakkan Bagas, Alvi dan Leon yang datang secara bersamaan.
Angkasa langsung memberikan kode kepada mereka bertiga untuk keluar sebentar, membiarkan Bryan merasa baikan terlebih dahulu. Mereka bertiga pun patuh dah kembali keluar menunggu di depan UKS.
Setelah 10 menit berada dalam dekapan Angkasa, kini Bryan sudah membaik dan sudah tidak terisak lagi seperti tadi. Bryan yang menyadari jika waktu pulang sudah lewat 23 menit yang lalu, langsung mengajak Angkasa untuk pulang.
"Angsa! Pulang yuk!" Ajak Bryan dengan suara lumayan serak. Begitu lucu bagi Angkasa yang melihatnya, dicubit nya pelan hidung Bryan dengan gemas, membuat sangat empu menekukkan wajahnya.
"Ayok pulang!" Ajak Angkasa akhirnya, beranjak dari duduknya begitupun dengan Bryan, segera turun dari ranjang UKS.
Saat keduanya keluar, ternyata masih ada Bagas dan yang lainnya, yang masih setia menunggu.
"Udah baikan?" Tanya alvi begitu melihat Bryan yang dibalut jaket Angkasa.
"Udah, ayok pulang!" Jawab Angkasa sekaligus mengajak mereka untuk pulang.
"Anak papi jangan nangis lagi yah! Udah papi tangani soal Fajar" Ujar Bagas seraya tersenyum lembut kearah Bryan yang hanya terus menunduk.
Setelahnya mereka semua pun pergi dari UKS dan berniat untuk pulang kerumah masing masing. Angkasa yang masih mengkhawatirkan keadaan Bryan pun, membawanya kerumah tanpa persetujuan dari Bryan.
"Loh kok kesini angsa?" Tanya Bryan menatap heran kearah Angkasa.
"Emangnya kamu mau diliat sama buna tanda merah di leher kamu itu?" Tanya Angkasa membuat Bryan langsung menggeleng cepat.
"Aku gamau buna khawatir!" Serunya membuat Angkasa gemas sendiri.
"Yaudah ayok masuk!" Ajak Angkasa membawa Bryan masuk kedalam.
Mereka berdua langsung menuju ke kamar Angkasa, untuk mengganti baju seragam mereka dengan pakaian santai. Berbeda dengan Bryan, dirinya memakai baju tidur milik Angkasa yang sedikit kebesaran.
"Ini ga pas di badan aku, liat tubuh aku udah pendek makin pendek liat pake beginian!" Keluh Bryan, meratapi nasib tinggi badannya yang pendek.
"Kamu itu kuman kecil. Tinggi aja masih segitu segitu aja" Sahut Angkasa menatap Bryan dari pantulan cerminnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
benci jadi cinta || bxb [END]
Teen Fictiondiawali dengan benci diakhiri dengan bucin, begitulah pasangan adam ini. entah ilmu sihir dari mana bryan bisa meluluhkan hati angkasa yang terkesan horor dengan aura tegas dan kejam yang selalu melekat di dalam dirinya, tetapi itu tidak berlaku di...