Di sebuah mall kota, buna dan mama sedang asik berbelanja sekaligus membahas hubungan kedua anaknya. Keduanya sama sama antusias membahas hal tersebut.
"Rencana kedepannya gimana nih? Tunangan dulu ga sii?" Tanya mama, hani.
"Kalo aku mah ngikut aja, mau sekalian di nikahin pun gapapa" Jawab buna tak kalah antusias, nina.
"Ga nyangka yah, anak kita tiba tiba jadi pacaran begini, kirain mah ga saling kenal dan awal dijodohin bakal nolak, tau taunya udah pacaran aja mereka" Terang mama hani saat mengingat kembali dimana Angkasa menolak keras perjodohan itu dan mengaku mempunyai pacar.
Dan tentunya saat Angkasa membawa Bryan sebagai pacarnya kedalam keluarganya, mama dan papanya langsung kaget, karena orang yang akan di jodohkan dengan Angkasa memang betul Bryan.
Mendengar jika mereka sudah saling mengenal dan menjalin hubungan, tentunya kedua pihak keluarga yang sudah mengetahui akhirnya bernafas lega.
Mereka kira akan ada berbagai penolakan dari anak mereka masing masing, namun siapa sangka ternyata berjalan dengan lancar tanpa mereka duga.
"Kita buat acara pertunangannya aja dulu, selesai sekolah si Angkasa aku Suruh buat kerja dulu nyari duit buat keluarga barunya nanti, baru setahun setelahnya kita nikahin mereka" Usul mama hani kepada calon besannya, buna nina.
"Boleh tuh! Kapan kira kira acaranya? Waktu libur kenaikan sekolah aja gimana?" Tanya buna nina sekaligus memberi usul. Mama hani berpikir sebentar, lalu mengangguk setuju.
"Wahh! Ide bagus tuh, selepas acara tunangan satu tahunnya lagi langsung acara nikah!" Seru mama hani, hatinya merasa begitu senang dan antusias.
"Oke! Mari kita bicarain ini sama para suami kita!" Ujar buna nina, mama hani pun kembali mengangguk antusias dengan senyum indah yang tercetak jelas di bibirnya. Begitupun dengan buna nina.
Disisi lain, Angkasa yang sedang bermain basket bersama Alvi dan Leon pun membuat Bryan merasa iri melihatnya.
Rasanya, dia juga ingin bermain basket, tetapi melihat kemampuan ketiga manusia tiang listrik itu begitu bagus, membuat Bryan tidak ikut tanding saja dan malah memilih untuk mencoret coret bukunya saja, ya apalagi jika tidak menggambar.
"Woi yan! Sini main, gambar mulu kerjaan lo!" Seru Leon melambaikan tangannya memanggil Bryan.
"Gabisa basket gue!" Sahutnya melihat ketengah lapangan.
"Aku ajarin, sini!" Ucap Angkasa sambil memantul mantulkan bola basket.
"Tuh, langsung diajarin sepuh kita!" Timpal alvi dengan nafas tak beraturan karena lelah.
"Oke!" Seru Bryan sambil berdiri dari duduknya, berjalan ke tengah lapangan menghampiri ketiganya.
"Kita ke pinggir lapangan dulu, haus! Yok yon!" Ucap Alvi dan langsung menarik tangan Leon untuk ikut dengannya.
"Semoga berhasil!" Ujar Leon memberikan jari jempolnya sambil terus menjauh dari Bryan.
Bryan pun hanya tersenyum dan mengangguk saja, lalu kembali menatap kearah Angkasa. Angkasa menaikkan alisnya sebelah dan menunjuk bola yang ada di tangannya dengan lirikan mata.
"Ambil bola ini dari tangan aku" Ujar Angkasa, Bryan pun dengan cepat menatap kearah bola yang ada di tangan Angkasa.
"Kalo soal rebut mah bisa, sekarang juga bisa!" Ucapnya sombong, tanpa aba aba Bryan langsung mengambil bola di tangan Angkasa dan berlari.
"AYOK TANGKAP ANGSA!" serunya sambil berlari. Awalnya Bryan memantul mantulkan bolanya sambil berlari, tetapi saat melihat Angkasa berlari untuk merebut bolanya, refleks Bryan dengan cepat mengambil bola basket tersebut dan berlari tanpa memantulkan bolanya ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
benci jadi cinta || bxb [END]
Teen Fictiondiawali dengan benci diakhiri dengan bucin, begitulah pasangan adam ini. entah ilmu sihir dari mana bryan bisa meluluhkan hati angkasa yang terkesan horor dengan aura tegas dan kejam yang selalu melekat di dalam dirinya, tetapi itu tidak berlaku di...