Bel sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, pada siswasiswi sudah menghamburkan dirinya dari ruang kelas masing masing.
Angkasa, Bryan, Alvi dan Leon, berjalan di Koridor sekolah menuju kearah parkiran. Di tengah tengah koridor, Terlihat Fajar tengah bersandar di dinding sambil memainkan ponselnya.
Melihat itu, Angkasa bisa merasakan pegangan tangan di tangannya terasa erat. Diusapnya tangan itu dengan lembut agar sangat empu merasa tenang dan aman.
"Jalan aja." Ujar Angkasa datar.
Alvi dan Leon yang sudah mengerti pun hanya bisa saling tatap saja, lalu keduanya kembali sibuk mengobrol dan bercanda. Menghiraukan kondisi yang tiba tiba berubah.
"Bryan!" Panggil Fajar saat mereka melewatinya. Keempatnya langsung menghentikan langkah masing masing saat mendengar panggilan Fajar tadi.
"Hei! Kemana aja kamu? Aku cariin gaada terus, malahan kamu masuk base sekolah terus!" Ucap Fajar tak menyadari ekspresi Bryan yang langsung berubah takut.
"Jangan berkomunikasi dengan Bryan lagi." Celetuk Angkasa membuat Fajar langsung menatapnya.
"Siapanya Bryan lo?" Tanya Fajar menatap sinis kearah Angkasa, berbeda dengan Fajar Angkasa sudah menatap tajam kearahnya sejak tadi.
"Maaf kak, lebih baik kak Fajar gausah komunikasi sama Bryan lagi. Itu bisa buat Bryan ketakutan kalo ngeliat kakak." Jelas Leon yang sudah kesal melihat Fajar yang terus berusaha mendekatkan diri kepada Bryan.
"Bryan? Kamu takut sama aku, hm?" Tanya Fajar tidak mengindahkan perkataan Leon.
"Woy Fajar! Jauh jauh lo dari anak gw!" Seru Bagas dari ujung koridor dan segera berlari menghampiri mereka. Sebagian para murid yang kebetulan belum pulang, pun melihat kearah mereka berenam.
"Apaan sih?!" Sinis Fajar saat Bagas memisahkan jaraknya dengan Bryan.
"Gausah ganggu Bryan lagi! Pergi lo!" Usir Bagas sedikit meninggikan nada suaranya.
"Ehehe, udah di lindungi yah? Hah... Sayang banget!" Ucapnya dan berlalu pergi meninggalkan mereka. Angkasa berniat menghajar Fajar, tetapi langsung ditahan dengan eratan tangan Bryan di tangannya.
"Jangan" Lirih nya sambil menggelengkan kepalanya, melihat hal itu Angkasa pun mencoba untuk mengesampingkan emosinya dulu.
"Sa! Bawa pulang aja langsung!" Ujar Bagas menatap khawatir kearah Bryan. Hatinya tiba tiba terasa nyeri saat mengingat kejadian dimana Bryan di lecehkan oleh murid seangkatannya.
"Lo gapapa kan?" Tanya alvi dan Leon bersamaan. Sontak Leon pun memutar bola matanya malas.
"Gapapa" Jawab Bryan tersenyum paksa. Angkasa pun langsung membawa Bryan pergi dari sekolahan di ikuti oleh Alvi dan Leon.
"Pergi dulu kak!" Pamit Alvi kepada Bagas. Leon hanya melambaikan tangannya bermaksud berpamitan dengan Bagas.
Angkasa segera meninggalkan sekolahan tanpa menunggu kedua temannya itu, dirinya terlalu fokus kepada Bryan yang terlihat ketakutan dengan tangan yang bergetar.
Sedikit menaikkan kecepatannya untuk segera sampai di rumah. Sedangkan Bryan masih saja terdiam tak membuka suara. Sama seperti Bagas, dadanya terasa nyeri saat mengingat kejadian itu.
Tanpa sadar, Bryan meneteskan air matanya di balik topi yang sengaja Angkasa pakaikan untuknya tadi waktu di parkiran.
"Udah, sekarang kamu aman. Jangan takut lagi yah, ada aku yang bakal lindungin kamu." Ujar Angkasa saat Bryan menangis di dalam pelukannya, beberapa menit yang lalu setelah masuk kedalam kamar, Bryan langsung memeluk tubuh Angkasa dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
benci jadi cinta || bxb [END]
Fiksi Remajadiawali dengan benci diakhiri dengan bucin, begitulah pasangan adam ini. entah ilmu sihir dari mana bryan bisa meluluhkan hati angkasa yang terkesan horor dengan aura tegas dan kejam yang selalu melekat di dalam dirinya, tetapi itu tidak berlaku di...