"ANGSA! LO DIMANA?!" teriak bryan keseluruh penjuru ruangan di rumah nya. Merasa tak kunjung datang, bryan pergi ke luar rumah mencari ke halaman depan namun tidak menemukan seseorang disana.
Hingga pikirannya langsung tertuju ke taman belakang rumah, langsung saja bryan segera berjalan kearah belakang rumah dengan langkah cepat.
"Pelan pelan makannya, nanti batuk loh" Ucap buna memperhatikan angkasa.
"Makasih yah buna, udah ngasih angkasa es krim" Angkasa tersenyum lembut kepada buna, membuat buna mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut pipi angkasa.
"HEH! NGAPAIN LO ANGSA?!" sentak bryan muncul dari pintu belakang membuat angkasa langsung menyerahkan es krim kepada buna.
"Kenapa teriak teriak sayang? Ini bukan di hutan lo ian!" Tegur buna lembut membuat bryan menjadi kikuk.
"Hehe, maaf buna. Itu yang disembunyiin di belakang buna apa tuh?" Tanya bryan mencoba melihat kebelakang buna.
"Gaada tuh" Sanggah buna, sedangkan angkasa hanya diam saja. Berusaha untuk pergi dari sana bagaimana pun caranya.
"Lo makan es krim lagi yah angsa?!" Bryan langsung melempar tatapan tajam ke arah angkasa, membuatnya langsung menggeleng ribut.
"Nuduh aja kerjaan lo, gw ngantuk mau tidur, duluan yah" Ujar angkasa bangkit dari bangku besi itu dan berniat untuk masuk kedalam rumah.
"Sebelum lo masuk, jawab dulu pertanyaan gw!" Tegasnya membuat angkasa diam di tempat.
Buna yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, seperti melihat anak TK yang sedang berantem karena hal sepele.
"Ini sebenarnya ada apa, buna ga mudeng lo!" Protes buna sudah pusing mendengar perdebatan kedua pemuda dihadapannya dan memilih menghiraukan buna.
"Buna ngasih angsa es krim kan?" Tanya bryan menatap buna dengan intens. Buna langsung saja mengangguk dengan cepat, menatap bryan yang mengusap kasar wajahnya.
"Lain kali buna jangan kasih si angsa es krim lagi, dia abis makan es krim banyak, ntar pilek dia jadinya" Jelas bryan mencoba menahan emosinya kepada angkasa.
"Kalo gitu buna gabisa ikut campur, itu urusan kalian. Buna masuk dulu yah, udaranya mulai dingin ini" Pamit buna sebelum meninggalkan keduanya di halaman belakang.
Angkasa merasa dirinya dalam zona berbahaya, bryan tidak mengucapkan sepatah katapun lagi, hanya helaan nafas yang beberapa kali terdengar dari dirinya.
Jantungnya dibuat berdetak cepat saat melihat pergerakan bryan yang mendekati dirinya, angkasa tidak berani menatap wajah angkasa memilih memalingkan wajahnya kearah lain.
"Kasa... " Ucapan pelan itu membuat angkasa semakin tak karuan, apa maksudnya dari perubahan panggilan namanya yang tiba tiba saja?
Bryan langsung saja memeluk angkasa, membuat pemuda yang lebih tinggi dari dirinya itu tersentak kaget. Tangan angkasa dirinya angkat dan membalas pelukan Bryan.
Sejenak keduanya terhanyut dalam pelukan itu, sebelum Bryan melepaskan pelukannya dan memegang kedua pipi angkasa dan menatap nya intens.
"Gw gamau lo sakit, bisa kan nurutin ucapan gw kali ini aja?" Bryan menatap dalam angkasa, begitupun sebaliknya. Angkasa memegang salah satu tangan Bryan yang berada di pipinya, mengusap lembut tangan Bryan dan tersenyum simpul.
"Lo mulai peduli sama gw?" Tanya angkasa dengan senyuman simpul yang membuat wajahnya semakin tampan.
"Dari pertama gw mulai suka sama lo juga, gw udah peduli sama lo, lo nya aja yang ga peka angsa" Jawab Bryan mengusap usap pipi angkasa lumayan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
benci jadi cinta || bxb [END]
Teen Fictiondiawali dengan benci diakhiri dengan bucin, begitulah pasangan adam ini. entah ilmu sihir dari mana bryan bisa meluluhkan hati angkasa yang terkesan horor dengan aura tegas dan kejam yang selalu melekat di dalam dirinya, tetapi itu tidak berlaku di...