Perjalanan terasa begitu lama, angin malam begitu dingin seperti jarum yang menusuk permukaan kulit. Terasa begitu dingin apalagi di daerah perkebunan.
Setelah memakan waktu cukup lama di perjalanan, karena beberapa jalan macet. Akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan.
Setelah sampai, mereka langsung di diantarkan oleh salah satu karyawan sana untuk sampai di villa yang sudah di pesan oleh Angkasa. Yah, Angkasa yang sudah memesan semuanya, bahkan villa mereka sedikit berbeda dengan villa pada umumnya.
Villa yang di pesan Angkasa sedikit di hiasi oleh lampu kecil kecil yang melilit di bagian bambu dengan cahaya kuning ke putih putihan membuat suasana sedikit menjadi meriah.
"Huwaaaa! Bagus banget woy!" Heboh Bryan jingkrak jingkrak tidak jelas.
"Yan! Yan! Liat ada lampu hias di deket sana! Kesana yok!" Ajak Leon, mereka pun segera pergi ke sana, melihat kearah perkebunan yang tersorot sedikit cahaya lampu.
"Bagus banget yak!" Serunya dengan senyuman yang tercetak jelas di bibir mereka berdua.
"Bagus bagus!" Serunya sambil bertepuk tangan.
"Yan! Yon! Sini masuk, angin!" Panggil Bagas, keduanya pun masuk ke dalam villa mengekori Bagas.
"Jadi barbeque an?" Tanya Bagas saat ketiga cowo yang sejak tadi berkumpul di luar villa.
"Udah, semuanya udah di siapin, kalo kita yang siapin capek naik turun tangga mulu" Ujar Alvi menjawab pertanyaan Bagas.
Malam ini seperti yang di rencanakan di awal, mereka berkumpul dan duduk melingkar. Memakan barbeque yang sudah matang, yang lainnya masih di bakar di atas panggangan.
"Papi! Ceritain doang, ada hubungan apa papi sama pak ketos sekolah kita ini!" Pinta Bryan yang diangguki Leon.
"ayok ceritain kak! Ceritain!" Timpal Leon heboh.
"Sebenarnya kita tuh belum lama ini pacaran, ada kali yah ke bulan mah. Awalnya tuh kita emang biasa biasa aja, sampai suatu hari, pas gue lagi digudang belakang sore sore, kan ruangan itu ke tutup banget yak, cuma bermodalan lampu doang tuh, nah disitu gue disuruh sama guru olahraga buat ngambil bola basket karena yang di lapangan hilang satu" Ucap Bagas mulai menceritakan.
"Nah pas gue lagi nyari cara buat ambil bola basket yang ternyata ada di atas lemari gede, pas mau naik ke kursi tiba tiba gue ke pleset lutut gue waktu itu lecet karena jatuh dengan tidak elit. Pas lagi tiup tiup lutut gue yang lecet, tiba tiba tuh mati lampu, mana pintunya gue tutup tuh, ingat kan kalian pas mati lampu di sekolah tiba tiba itu, nah itu gue lagi ada di gudang!"
"Karena gue takut sama kegelapan apalagi ada rumor kalo di gudang itu ada hantunya, makin panik lah gue di sana, mau lari lutut gue sakit. Saking paniknya gue nangis lah disana, rasanya sesek banget lama lama disana. Gue nangis sambil meluk lutut gue sendiri. Gatau harus ngapain, apalagi pintunya ketutup gitu"
"Tiba tiba ada cahaya senter tuh masuk ke gudang, dan si senternya itu berhenti tepat di depan gue, refleks lah gue langsung nundukkin pala, karena waktu itu gue mikirnya setan yang nyamar jadi manusia, gue makin histeris saat sebuah tangan pegang pundak gue, gemeratan dong gue!"
"Dan ada bicara sambil nada panik gitu, gas? Gas! Kamu gapapa? Hei, ini saya Satrio! Jangan takut, saya disini! Gapapa, gapapa, ada saya disini, jangan takut!. Panik dia guys! Hahaha!"
"Disitu gus refleks langsung natep wajah dia dan gue langsung meluk dia erat banget. Gue bilang kalo gue takut, takut ada setan. Disitu dia nenangin gue, dia usap airmata gue dan bilang kalo semuanya gapapa. Dia bawa gue ke UKS dan izin ke guru olahraga kalo gue lagi gaenak badan, jadinya kita ga ikutan olahraga dan malah diam di UKS, nungguin gue beres nyanyi alias nangis"
"Sejak saat itu dia mulai perhatian sama gue dan ga lama nembak gue, dan jadilah kita pacaran, hehehe, sebenarnya Backstreet sih, kalian jangan bilang siapa siapa yah!" Jelasnya panjang lebar, Semuanya pun mengangguk paham.
"Ehh! Ehh! Bentar gue angkat dulu makanannya, nanti gosong!" Seru Leon saat teringat sedang memanggang barbeque.
Terlalu hanyut mendengarkan Bagas menceritakan tentang awal hubungannya dengan satrio sehingga membuat mereka lupa akan hal itu.
"Beuhh, untung kaga gosong dah!" Ucap Leon setelah memindahkan makanan tersebut ke piring.
Mereka pun kembali melanjutkan obrolannya hingga larut malam. Sehingga tak terasa matahari sidah terbit dan sorot matahari pun sudah masuk kedalam villa.
Bryan terbangun lebih dulu saat dirinya merasakan dingin. Bryan segera memakai jaket tebalnya dan berjalan kearah luar villa meninggalkan Angkasa yang masih terlelap dalam tidurnya.
"Dingin banget!" Ujar nya mengusap usap tangannya supaya hangat.
Dirinya kembali berjalan untuk melihat perkebunan yang terpampang di sekitaran sana. Hawa dingin membuat ujung jari jari serta hidung bryan menjadi dingin.
Sebuah tangan memegang pundaknya pelan, membuat Bryan langsung membalikkan wajahnya dan melihat sang pelaku. Seketika senyuman langsung terukir di bibirnya, saat Bagas tengah tersenyum menyapanya.
"Morning anak papi!" Sapa Bagas.
"Pagi juga papi!" Sapa balik Bryan.
"Ngapain disini?? Kirain papi kira suara langkah kaki maling yang mau masuk rumah, tapi ini arah keluar. Angkasa masih tidur??" Tanya Bagas.
"Lagi nyari udara aja pi, dingin banget soalnya, seketika jadi fresh tubuh aku, hehe. Angkasa juga masih tidur, dia biasanya bangun jam 7 kak, sekarang masih setengah 6 lebih, bentar lagi pasti bangun" Jawab Bryan sambil mengusap usap tangannya karena dingin.
"Yaudah, ayok masuk! Kita siapin sarapan, pasti nanti pada laper!" Ajak Bagas, Bryan pun mengiyakannya dan mengekor kedapur.
"MONYET! kaget gue yon!" Seru Bagas dan Bryan secara bersamaan saat leon tiba tiba saja berjalan cepat dan menabrak dinding.
"AAAAAA! GUE PENGEN PIPIS, NDA KUATT!" serunya heboh dan langsung masuk kedalam toilet.
"Setan bener tuh anak, pagi pagi udah bikin heboh!" Ujar Bagas yang sedang menyalakan kompor.
Bryan pun mulai membantu bantu, keduanya mulai memasak sarapan dengan dibantu leon setelah keluar dari toilet. Sarapan hari ini, mereka akan membuat sop ayam dan telor mata sapi, dengan minuman teh manis yang mereka persiapan.
Perorang mulai berkumpul di ruangan dengan wajah bangun tidurnya, enggan menyentuh air karena hawa dingin yang begitu menusuk. Satrio duduk di kursi dengan anteng, menikmati teh manisnya yang tadi dibawakan oleh Bagas.
Namun, ketenangan tersebut tak berlangsung lama saat teriakan alvi memenuhi seisi ruangan, yang membuat semua nya terkejut.
"BRYAN! BRYAN! BRYAN! ANGKASA NANGIS! DIA NANGIS! CEPETAN SINI! DIA NYARIIN LO! BRYAN!" teriaknya lantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
benci jadi cinta || bxb [END]
Teen Fictiondiawali dengan benci diakhiri dengan bucin, begitulah pasangan adam ini. entah ilmu sihir dari mana bryan bisa meluluhkan hati angkasa yang terkesan horor dengan aura tegas dan kejam yang selalu melekat di dalam dirinya, tetapi itu tidak berlaku di...