Jam istirahat, bryan izin untuk pergi ke toilet untuk mencuci tangannya. Awalnya tidak terjadi masalah, sebelum akhirnya fajar datang memasuki toilet dan berdiri di samping bryan yang kini berada di wastafel.
Dilihatnya sekilas fajar yang sedang memandang kearahnya dengan menyandarkan punggungnya di tembok toilet. Bryan yang risih pun segera mengeringkan tangannya dan buru buru keluar dari toilet.
Toilet yang hanya ada mereka berdua, membuat fajar menjadi leluasa menarik bryan kembali hingga tubuhnya menabrak tembok. Dengan tubuh yang terpojok, bryan mencoba untuk bertanya baik baik kepada fajar sang kakak kelas nya itu.
"A-ada apa kak? Ada yang bisa aku bantu?" Tanya bryan melawan rasa gugupnya di hadapan fajar.
Fajar yang melihat itu hanya tersenyum tipis dan mendekatkan jaraknya dengan bryan selangkah membuat bryan menjadi was was. Dengan santai fajar membelai lembut pipi bryan dengan tangan kanannya.
"Kenapa hm? Kamu gapernah sekalipun ngebales chat dari aku, kenapa?" Tanya fajar berhasil memojokkan bryan.
"Maaf Kak, Aku gatau kak Fajar chat Aku." Jawab Bryan memberikan alasan yang kurang masuk akal bagi Fajar.
"Kenapa selalu ngehindar? Ohh, dilarang sama angkasa yah?" Tanyanya maju selangkah lebih dekat dengan Bryan.
"Ngapain deket sama si angkasa? Aku ga suka loh!" Lanjutnya dengan mendekatkan bibirnya di telinga Bryan, membuat tubuhnya seketika merinding.
"Jangan deket deket kek gini Kak!" Bryan mendorong tubuh Fajar untuk menjadi dari dirinya. Memberikan jarak diantara keduanya.
"Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Fajar menatap Bryan. Bryan hanya mampu menggelengkan kepalanya saja, tanpa niat untuk membalas perkataan Fajar.
Tanpa aba aba, Fajar menarik tangan Bryan masuk kedalam bilik toilet ujung dan mendorong masuk Bryan kesana sehingga untuk kedua kalinya punggung nya menabrak tembok.
"Kakak mau apa?!" Seru Bryan panik mencoba untuk membuka kunci pintu bilik tersebut.
"Sstt! Udah tenang aja, aku gabakal kasar kok" Ujar Fajar menenangkan Bryan yang terus memberontak minta keluar.
Bel sudah berbunyi, tapi Bryan malah terjebak di bilik toilet bersama Fajar didalam sana. Matanya sudah memerah saat dengan paksa Fajar melepas almet sekolah yang dikenakan Bryan.
"Lepas! Kak!" Pinte Bryan terus memberontak, meskipun ucapannya tidak di hiraukan oleh Fajar.
Dengan paksa, Fajar mencium bibir Bryan dengan kasar, membuat Bryan seketika memberontak lebih kuat. Tangannya Fajar tahan sehingga membuat Bryan sudah untuk bergerak.
Buliran bening langsung keluar dari kelopak matanya saat Fajar melepaskan ciumannya. Tubuhnya susah bergerak bebas, sedangkan Fajar semakin gencar melakukan aksi cabulnya.
Dikecup nya leher putih Bryan membuat sangat empu menggigit bibirnya untuk tidak mengeluarkan suaranya. Fajar kembali menatap Bryan yang sudah menangis dibawah kungkungan nya.
Dilumatnya kembali bibir Bryan, kali ini dengan sedikit lembut. Isakan terus terdengar dari mulut Bryan, dirinya sudah tidak bisa memberontak lagi, karena percuma tenaganya tak sebanding dengan Fajar.
Bagas yang kebetulan selesai dari ruang OSIS setelah selesai rapat dan menyempatkan dirinya untuk pergi ke toilet, mencuci mukanya agar tidak mengantuk saat pelajaran berlangsung.
Saat memasuki toilet, bagas mendengar isakan kecil dari salah satu bilik toilet. Dirinya pun segera mengecek satu persatu bilik tersebut hingga saat berada di bagian ujung toilet. Fajar keluar dari sana dengan terburu buru.
Merasa penasaran, bagaspun melihat bilik toilet yang di pakai fajar tadi. Alangkah terkejutnya bagas saat melihat Bryan tengah menangis terisak di dalam toilet sana dengan keadaan yang sudah berantakan.
Dengan panik bagas langsung mengendong tubuh Bryan dan membawanya keluar dari bilik toilet. Dibawanya Bryan ke ruang UKS dan merapihkan penampilan Bryan yang berantakan.
Bagas kini menatap Bryan dengan tatapan khawatir, mengusap lembut rambut Bryan. Sedangkan Bryan masih terus terisak tidak berani menatap bagas yang duduk di depannya.
"Coba ceritain ke papi sayang, kenapa kamu bisa ada di toilet sama Fajar?" Tanya bagas dengan lembut.
"Hiks! T-tiba tiba aja, pas ian lagi cuci tangan di watafel, hiks! Ian di tarik sama kak Fajar dan ian di lecehin, ian udah coba berontak, tapi tangan ian di tahan sama kak Fajar, hiks!" Tutur Bryan.
"Ini udah kedua kalinya dia ngelakuin hal kayak gini sama kamu. Fajar udah lama ganggu kamu?" Tanya bagas.
"Ian udah sering di ganggu sama ka Fajar dari awalan dia kenal Ian, dia terus dm Ian di akun sosial media Ian, tapi ga ian tanggepin, bahkan berkali kali dia chat ke no Ian pake no yang beda beda karena suka Ian blok no nya, selama ini Ian gamau ngasih tau angsa, karena tindakan kak Fajar masih bisa Ian tanganin." Jelas Bryan panjang lebar.
Bagas menghela nafas, ini sudah keterlaluan. Bagaimana bisa Bryan tahan dengan gangguan yang di lakukan oleh Fajar kepadanya.
"Udah, sekarang kamu tenang aja yah sayang, papi bakal ngasih hukuman sama Fajar" Ucap Bagas akhirnya mengusap pelan pipi Bryan yang hanya mengangguk kecil saja.
Setelah menemani Bryan hingga tertidur, Bagas memutuskan untuk pergi ke ruang bk sekaligus guru kesiswaan yang ada di sana. Menyampaikan maksudnya tentang kejadian yang dilakukan Fajar kesalah satu murid kelas XI.
di pertengahan koridor, Bagas melihat angkasa tengah mondar mandir keluar masuk keruangan kosong yang berbeda. Wajahnya tampak frustasi, Bagas yang mengerti akan tingkah angkasa pun segera menghampirinya.
"Angkasa!" Panggil Bagas, membuat angkasa menoleh kearahnya.
"Lo nyari Bryan?" Tanya Bagas.
"Lo tau dimana Bryan?" Tanya Angkasa saat Bagas membicarakan Bryan.
"Tau, ayok ikut gw dulu ke ruang guru! Habis itu kita temuin Bryan." Ajak Bagas yang tak di hiraukan Angkasa.
"Dimana Bryan?" Tanyanya sekali lagi.
"Makanya lo ikut gw dulu! Ntar gw bawa lo ke si Bryan. Nanti lo bakalan paham deh!" Seru Bagas mulai jengah.
"Ayok ikut dulu!" Ujar Bagas pergi melangkah lebih dulu, Angkasa pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti Bagas setelah berpikir lumayan lama.
Setelah menemui guru kesiswaan dan berpindah tempat ke ruang bk. Bagas pun menyampaikan maksud kedatangannya. Dia menceritakan tentang apa yang dialami Bryan waktu jam istirahat kepada guru tersebut.
Bu Rini, guru kesiswaan yang mendengarkan penuturan tersebut langsung melotot seketika, begitu juga dengan Angkasa yang ikut mendengarkan penuturan Bagas tadi.
"Baik, untuk sekarang biar Saya yang nangani kasus ini selanjutnya, Terima kasih atas laporannya yah bagas. Sekarang kalian boleh pergi." Ujar bu Rini, mempersilahkan Bagas dan Angkasa untuk keluar dari ruangan.
Setelah keluar dari ruang bk, Bagas langsung saja berjalan kearah UKS dan Angkasa masih setia mengikutinya dari belakang.
Beberapa anak kelas yang ada di ruangan, seketika menatap dari arah jendela hanya untuk menatap Angkasa yang lewat di depan kelas mereka.
Setelah melewati beberapa ruangan, akhirnya mereka sampai di depan UKS. Bagas membuka perlahan pintu UKS, dan masuk kedalamnya dengan Angkasa.
"Bryan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
benci jadi cinta || bxb [END]
Teen Fictiondiawali dengan benci diakhiri dengan bucin, begitulah pasangan adam ini. entah ilmu sihir dari mana bryan bisa meluluhkan hati angkasa yang terkesan horor dengan aura tegas dan kejam yang selalu melekat di dalam dirinya, tetapi itu tidak berlaku di...