1. Mantan

44.2K 1.6K 6
                                    

Sorakan memuji terdengar begitu riuh di depan kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorakan memuji terdengar begitu riuh di depan kampus. Dimana beberapa pemuda dengan rupa yang menarik perhatian banyak mahasiswi baru saja selesai menyanyikan lagu penutup untuk penampilan mereka yang sangat istimewa itu.

"Lagi!"

"Lagi!"

"Lagi!"

Enggan waktu berharga mereka berakhir begitu saja, penonton meminta mereka kembali menunjukkan pesonanya dengan suara dan alunan musik dari alat yang mereka mainkan.

"Udah ya guys, kita ketemu lagi tanggal satu bulan depan," kata salah satu dari dua vokalis berusaha memberi pengertian pada teman-teman satu kampusnya.

Membungkuk sopan sebagai salam perpisahan, kelima remaja itu berjalan menjauh setelah mengambil kotak yang berisi uang dari para penonton.

"Dalta coba lo tuh pas nyanyi senyum dikit gitu kaya si Zino," tegur Rian selaku pemain gitar diangguki setuju oleh Anta dan Ringgo.

Zino maju, memberikan tepukan pelan di pundak Rian dengan senyuman.

"Udah'lah, si Dalta udah begitu darisananya mau digimanain lagi? Itu ciri khas dia. Justru menarik perhatian mereka yang lebih suka cowok dingin"

"Ya tapikan_"

Zino menggeleng, mengisyaratkan temannya agar tidak memperpanjang pembicaraan.

"Ke cafe depan aja yuk? Jajan, sekalian liat apa tempat itu cocok buat kita terima jasa ngeband nanti malam," usul Zino merangkul Dalta dan Rian.

Menoleh ke belakang, Zino mengisyaratkan dua temannya yang lain untuk mengikutinya juga Dalta dan Rian yang berada dalam rangkulannya.

Sampainya di cafe, Zino justru bertemu gadis yang sangat dikenalnya tapi justru menjadi asing saat mereka bertemu.

"Asing banget, kayak dulu gak pernah dimintain jadi ojek pribadi aja," batin Zino menatap dalam gadis itu.

Anta yang satu SMA bersama Zino sebelum satu kuliah seperti sekarang, menyenggol pelan Zino saat melihat gadis itu.

"Kina," katanya memberitahu, diangguki oleh Zino.

"Gue tahu," balas Zino menghela pelan sebelum mencari tempat duduk.

Kina yang tak menyadari kehadiran lima pemuda itu tiba-tiba berdiri, melangkah maju tanpa melihat situasi.

"Hampir saja," batin Kina menyentuh dadanya saat berhadapan dengan dada bidang seorang pria yang belum ia lihat rupanya. Setidaknya gadis itu merasa beruntung karena tak sampai menabraknya.

"Maaf_" katanya menunduk sopan.

Pemuda itu tak membalas, membuat Kina meyakinkan dirinya untuk mendongak dan melihat sosok itu.

Matanya langsung melebar begitu mengetahui siapa orang itu.

"Minggir!" ketus Zino menggeser tubuh mungil Kina dengan sedikit kasar.

Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang