Malam harinya Zino meminta Kina bersiap, pria itu mengatakan bahwa dia akan mengajaknya keluar.
"Emangnya mau kemana?" tanya Kina setelah selesai bersiap.
Zino meletakkan ponselnya, mengalihkan perhatiannya pada sang Istri yang malam ini nampak begitu anggun dengan dres panjang.
"Kenapa? Keliatan gemuk ya?" lirih Kina melihat tubuhnya sendiri.
Kina merasa tak percaya diri akhir-akhir ini. Perubahan pada tubuhnya membuatnya malu untuk keluar rumah. Banyak lemak yang menempel di seluruh bagian tubuhnya. Tak hanya tubuh, wajahnya pun saat ini terlihat bulat, beda sekali dengan beberapa minggu lalu.
Zino menggeleng, meraih tangan sang Istri, Zino mengecup singkat punggung tangannya.
"Cantik. Cantik banget malah," pujinya terdengar tulus, tapi entah kenapa Kina tak bisa mempercayainya begitu saja.
Rumah mereka memiliki banyak kaca besar, tentu saja ia tak akan percaya dengan ungkapan Zino barusan. Kina sendiri tak menyukai perubahannya, apalagi Suaminya.
"Bohong!"
"Enggak sayang," tulus Zino tersenyum manis.
Menggandeng tangan Kina, Zino mengajak perempuan itu keluar rumah menuju mobil mereka.
"Hei..! Mau kemana ini?" tegur Kina mengingat pertanyaannya tadi belum dibalas.
"Ke tempat bokap"
"Bokapnya siapa?"
"Aku, ada acara keluarga tahunan. Gak enak kalau gak dateng," terang Zino diangguki pelan oleh Kina yang langsung terdiam.
Kina tahu hubungan Zino dan Ayahnya tak sebaik itu. Pasti kedatangan Zelka bukan tanpa alasan. Perempuan itu pasti menyampaikan dan membujuk Adiknya untuk acara malam ini.
"Ada siapa aja di sana?" tanya Kina memecah keheningan saat menyusuri jalanan sepi malam hari.
"Mungkin cuman Bude sama Om. Terus biasanya mereka ajakin Cucu atau anak Mantunya,"
"Om yang dulu di kota jadi tempat kamu ngekos?" tanya Kina memastikan.
Zino mengangguk. "Iya"
"Kamu berarti ada turunan kembar ya?" tanya Kina mengingat Om Zino yang di kota memiliki wajah serupa dengan Ayah Suaminya.
"Iya, beruntung kamu sekarang gak hamil kembar"
"Emang kenapa?" bingung Kina. Memangnya apa salahnya memiliki anak kembar?
"Nanti kamu kesulitan. Ngurusin satu bayi yang rewel aja susah, apalagi kembar," balas Zino diangguki mengerti oleh Kina.
Untuk beberapa detik, suasana kembali hening, hingga Zino kembali membuka suara.
"Bayi kembar juga beresiko, belum tentu keduanya terlahir selamat. Aku sebenernya ada kembaran waktu lahir, tapi saudaraku meninggal"
Kina membuka mulutnya tak percaya, tak menyangka jika Zino memiliki kembaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]
Romance"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...