7. Waktu Bersama

17.2K 832 2
                                    

"Bakso di sini enak tau," kata Zino pada Kina setelah lelah berkeliling mencari angin, akhirnya mereka memutuskan mencari makanan untuk mengisi perut di malam hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bakso di sini enak tau," kata Zino pada Kina setelah lelah berkeliling mencari angin, akhirnya mereka memutuskan mencari makanan untuk mengisi perut di malam hari.

"Iya kah? Gue jarang keluar kos'an kalau gak ngampus atau kerja. Palingan mentok di cafe deket kampus," jujur Kina menatap kursi lain yang masih diisi beberapa pengunjung padahal sudah lumayan malam.

Zino terseyum. "Mulai sekarang kalau mau makan sesuatu ajak gue aja, sekalian gue bayarin"

"Dih... Punya duit emang?"

"Banyak, dari tiga sumber," balas Zino seketika mendatarkan wajah Kina.

Lama berbincang, hingga tak sadar jika pesanan mereka sudah datang.

"Sini," Zino mengambil mangkok Kina dan memotongkan bakso besar itu hingga menjadi beberapa bagian yang tak terlalu besar tapi juga tak terlalu kecil.

Kina terdiam, menatap Zino yang masih fokus memotong baksonya lalu memberikannya padanya.

"Bakso kuah begini enaknya sama tempe goreng," celetuk Kina sambil menuangkan sambal dan kecap ke dalam mangkuknya.

Kina mendongak, menatap Zino yang sudah berdiri.

"Ngapain?"

"Beli gorengan, kayaknya di depan ada penjual gorengan"

Menjatuhkan rahangnya, Kina tak tahu jika Zino seserius itu dalam menanggapi perkataannya.

"Nggak usah! Ini udah enak kok. Gue becanda tadi"

"Gapapa biar gue beliin bentar," kata Zino melenggang pergi meninggalkan Kina yang hanya bisa menepuk pelan jidatnya.

Tak lama Zino kembali, dengan sekantong kresek gorengan.

"Tempenya gue minta banyakin, lo sukanya tempe goreng'kan?"

Kina mengangguk. "Makasih," mengambil satu lalu memasukkannya ke dalam kuah.

DRRT... DRRTT...

Mereka berhenti menyuap, menatap ponsel di atas meja yang berdering dan tertera nama salah satu teman Zino di sana.

"Gue angkat telepon dulu," kata Zino diangguki oleh Kina meskipun sebenarnya ia penasaran apa yang mereka bicarakan.

Tidak! Zino memiliki privasi. Dan juga, memangnya Kina siapa bagi Zino hingga dirinya harus tau apa yang akan pemuda itu bicarakan?

Melanjutkan makannya, Kina berusaha mengabaikan Zino yang tengah mengangkat panggilan di pojok ruangan.

"Sorry, tadi Ringgo nelpon. Gue lupa hari ini manggung," Zino mendudukkan dirinya setelah menyelesaikan urusannya.

"Terus gimana? Lo mau pulang sekarang?"

"Nggak. Santai aja, masih ada Dalta. Gue udah minta maaf sama mereka, dan lagipula mereka nambah vokalis"

Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang