Berputar balik!
Hanya itu yang terpikirkan oleh Kina saat melihat warung yang akan menjadi tempat tujuannya justru menjadi tongkrongan anak SMA yang baru pulang sekolah.
Menggerutu kesal, Kina berharap mereka belum sempat melihatnya atau memergokinya yang ketauan putar balik.
Sedangkan di tempat itu, para siswa laki-laki tertawa pelan saat mereka melihat seorang gadis tak jadi ke warung hanya karena ada mereka.
"Anak sekolah kita'kan itu?"
"Iya, tapi jarang ada yang notis karena pendiem. Padahal anaknya lucu gitu"
"Lucu apanya? Dia jutek tau, gue aja chatingan beberapa hari doang langsung diblock perkara minta foto"
Mereka terbahak, kecuali satu pemuda yang menyentik ujung rokoknya yang sudah terbakar menjadi abu.
"Itu tetangga gue dulu," katanya mengalihkan perhatian mereka.
"Gue pernah nyolong mangga dia waktu pulang jumatan," lanjutnya tersenyum tipis mengingat kenangan SD
"Wah nakal sejak dini"
"Parah si Zino"
Topik obrolan mereka berhenti ketika satu teman mereka datang terlambat.
"Si Zakhwan yang biasa naklukin cewek bisa nggak ya pacarin tuh cewek dingin?"
Zakhwan menaikkan alisnya tak mengerti.
"Gue tantang lu berdua deh. Siapa yang bisa taklukin tuh cewek duluan"
Zino menggeleng tak minat. "Nggak, cewek bukan mainan"
"Ok!" balas Zakhwan seketika mendapatkan tatapan tak suka dari Zino.
"Kenapa No? Lo'kan gak mau nerima, berarti tantangan ini cuman buat gue"
Zino tersenyum miring. Merasa jijik dengan si pecundang satu ini. "Ok gue terima tantangannya!"
___Kina menghindar, gadis itu berjalan cepat saat melihat Zino bersama teman-temannya nongkrong di bawah pohon besar di kampus.
Pohon besar yang dikelilingi tempat duduk itu memang sudah menjadi tempat tongkrongan bagi para mahasiswa. Tapi Kina tak menyangka jika Zino dan teman-temannya ada di sana, mengingat seharusnya besok'lah waktu mereka tampil.
"Kita nanti malem di undang tampil di lapangan, lumayan uangnya kalau ditolak"
"Boleh, tapi besok kita tetep harus tampil di kampus. Gimanapun awal mula band ini buat anak kampus, yang viralin juga mereka. Kita gak bisa mentingin yang lain duluan"
"Oh iya, mahasiswi jurusan seni ada yang mau daftar jadi vokalis kita lho. Dia juga katanya bisa main drumkit, lumayan buat gantiin Ringgo waktu capek"
Zino tak memperhatikan percakapan teman-temannya. Matanya kini justru terpaku pada gadis yang berputar arah karena melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]
Romance"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...