"Jadi tuh banyak anak kampus yang kayak jodohin mereka. Beneran deh ya, gue juga berpikir Kak Zino tuh keren parah. Bukan semata-mata karena ganteng. Kalau masalah ganteng, Kak Dalta lebih ganteng. Tapi apa ya_ pesona dia tuh beuh... Sulit dilewatkan. Bahkan waktu Angelica sama Kak Dalta duet tuh biasa aja, tapi waktu sama Kak Zino pecah parah"
Kina diam menyimak cerita Riana yang terus mengulang cerita beberapa hari yang lalu setelah penampilan band terkenal di kampus mereka.
Mengambil camilan ringan yang dibawa Riana ke kos'annya sebagai teman mengerjakan tugas. Kina memilih segera menyusun tugas mereka di saat Riana sibuk mengulang cerita.
"Oh iya Kin"
"Heum?"
"Lo gak kerja?" tanya Riana mengetahui jika Kina biasanya akan bekerja setelah kuliah.
"Ambil hari libur doang. Bokap sama Kakak ada rezeki buat ngirimin. Katanya mulai sekarang gue ambil kerja waktu hari libur aja"
Riana mengangguk, ia mendekat dan melihat sampai mana tugas mereka terselesaikan.
"Jangan kerjain semua, nanti setengahnya kasih ke gue aja," komentar Riana melihat layar laptop.
"Iya, gue juga males ngerjain semua. Tenang, lo pasti dapet bagian," balas Kina mengacungkan jempolnya.
Riana mengambil minum kemudian meneguknya saat merasakan tenggorokannya kering akibat kebanyakan cerita.
"Gak ngeles Bahasa Inggris lagi?" tanya Riana digelengi oleh Kina.
"Udah lumayan bisa anaknya. Yang penting dikasih rumus dasarnya. Masalah lancar nggaknya itu tergantung masing-masing orang. Kalau diterapin ya bisa, kalau enggak ya gak bakal bisa. Lagian Emaknya pas itu bilang kalau anaknya berhenti aja lesnya karena mau ujian kelulusan," terang Kina masih terfokus pada layar laptop dengan tangan yang tak berhenti mengetik.
"Jurusan tatabusana, ngelesnya Bahasa Inggris," kata Riana dikekehi oleh Kina.
"Memperluas wawasan. Suka Bahasa Inggris bukan berarti harus di Bahasa Inggris. Lagian gue habis kuliah emang niatnya mau bikin butik atau minimal toko baju'lah kalau ada modal. Makanya gue kerja dibeberapa toko kain, biar tau dimana kain yang murah dan bagus," balas Kina diacungi kagum oleh Riana.
"Gue nekat ambil tatabusana walaupun gambaran tak mendukung," keluh Riana merasa salah ambil jurusan.
"Masalah gambaran gue juga buruk sih," terang Kina tersenyum datar.
___"Ini aja Kak?"
Zino mengangguk, mengeluarkan uangnya untuk membayar satu bungkus permen yang berisi lebih dari limah puluh butir juga beberapa makanan ringan yang ia ambil.
Selesai membayar belanjaannya, Zino keluar dari minimarket itu.
Membuka satu permen, Zino langsung memasukkannya ke dalam mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]
Romantizm"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...