4. Malam Kelam

25.2K 1K 3
                                    

"Jadi tau'kan bedanya? Kalau are itu digunain untuk you, they, we

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi tau'kan bedanya? Kalau are itu digunain untuk you, they, we. Sedangkan am itu untuk i, terus is untuk he, she, it atau subjek tunggal"

"Contoh nih, kalau kucing-kucingku bermain di ruangan apa?"

"My cats are play in the room"

"Playnya tambahin ing karena ini pakai present continuous," ucapnya membenarkan jawaban anak yang diajarinya.

Menutup bukunya, gadis itu tersenyum tipis melihat anak di hadapannya sudah menguap dan tak sesemangat tadi.

"Yaudah sampai sini dulu, besok kita belajar lagi," katanya seketika membuat anak itu semangat.

"Beneran Kak?"

Kina mengangguk. "Iya, tapi langsung tidur! Jangan mainan hp sampai rumah"

"Siap! Makasih Kak"

Menggeleng sembari terkekeh pelan, Kina lalu membereskan tempatnya yang sedikit berantakan setelah anak itu pergi dari kos'annya.

TOK... TOK... TOK...

Kina mengurungkan niatnya untuk berbaring saat mendengar pintu diketuk.

Melangkah dengan malas ke arah pintu, Kina membukanya tanpa melihat.

"Ada yang ketinggalan?" tanya Kina mengira jika yang mengetuk pintunya barusan adalah anak dari penjual depan.

Tak mendapat jawaban, Kina membuka matanya dan langsung mendongak saat dada seorang pria'lah yang ia dapatkan tengah berdiri depan pintunya.

"Zino! Ngapain lo malem-malem di sini?" pekik Kina tak percaya.

"Anu_"

Zino menipiskan bibirnya, merasa gugup untuk menjawabnya.

"Mbak gue tadi dateng"

"Ya terus?"

"Ngasih lauk"

Kina mengeryit. Apa hubungannya dirinya dengan Kakak Zino yang datang membawa lauk?

"Iya, terus hubungannya sama gue apaan?"

Kina mendelik saat pemuda itu tiba-tiba menyodorkan sesuatu ke arahnya.

Meski bingung, Kina tetap menerimanya.

"Ada ayamnya, itu buat lo aja"

"Oh, iya. Thanks"

Kina tahu Zino tak terlalu suka ayam. Tapi gadis itu tak mengira jika Zino akan memberikannya padanya. Kenapa tidak pada teman-temannya saja?

Menggeleng pelan, Kina membuang dugaan aneh yang melayang di atas kepalanya. Bagaimanapun ini adalah rezeki yang seharusnya diterima, bukan dipertanyakan.

"Kalau gitu gue pulang ya"

"Hah? Iya, hati-hati di jalan. Udah malem," pesannya tak dibalas oleh Zino. Pemuda itu segera berbalik, sibuk menyembunyikan wajahnya yang menahan malu.

Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang