"Beritanya udah nyebar"
Wajah bingung tak mengerti maksud dari ucapan temannya itu menoleh ke samping, lalu menatap semua orang yang ternyata tengah menatap ke arahnya sambil berbisik pelan.
"Berita apa?"
"Lo gak tau?" Kina menggeleng.
"Semua anak kampus tau lo absen bareng sama Kak Zino, dan mereka juga tau kalau kalian dulu mantan. Jadi banyak yang ngomong kalau kalian balikan," jelas Riana.
Kina sudah menduga. Berhubungan dengan pria populer itu sangat menyulitkan. Selain karena banyak wanita yang bersiap menjadi saingan, dirinya juga akan menjadi objek penilaian semua orang.
Mereka akan menilai sosok itu dari ujung rambut hingga kaki. Jika ada kecacatan sedikit saja, mereka akan bicara bahwa orang itu tak pantas bersanding dengan seorang yang mereka kagumi.
Menghela lelah, Kina yang tadinya merasa pagi harinya yang diawali dengan mual-mual ia anggap sudah paling sulit mungkin akan dia ralat.
Setelah ini pasti lebih sulit. Kina yakin itu!
Merapatkan tubuhnya hingga menyentuh permukaan kulit Kina, Riana berbisik pelan penuh rasa penasaran di telinga wanita itu.
"Bener emang?"
"Apa?"
"Lo balikan sama Kak Zino?"
"Nggak tau"
Riana mendecak, merasa tak puas dengan jawanan Kina barusan.
"Beneran lho Kin!" rengek Riana.
"Nggak tau, pening gue!"
"Dia gak serius? Cuman main-main ya? Kalau kayak gitu cowok red flag," ujar Riana membuat Kina berpikir.
Benar, apakah Zino hanya main-main? Pria itu selalu menganggap sepele semua hal. Kina takut jika dia tak serius.
Astaga! Bisa-bisa ia kembali masuk rumah sakit jika seperti ini terus.
Dosen yang tak kunjung masuk membuat Kina bosan dan melihat-lihat sekitar.
Terpaku pada satu objek, tatapan Kina tertuju pada seorang pria di tempat paling depan tengah membaca buku dengan serius.
"Kok ada ya orang gak punya lelah? Gue kuliah sambil kerja sebentar aja rasanya udah capek banget. Ini udah ikut banyak organisasi, kuliah ngambis pula," kata Kina menggeleng tak percaya.
Riana mengikuti arah pandang Kina.
"Dia pecandu," bisiknya pelan.
Kina melotot tak percaya, penepuk pundak Riana yang asal dalam berbicara.
"Ngawur!"
"Beneran! Udah sempet ketauan. Tapi entah kok bisa gak dipenjara. Katanya keluarganya ada yang orang atasan gitu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]
Romansa"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...