"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Nitip ya Bude, nanti kalau sisa saya ambil lagi"
"Iya"
Kina tersenyum senang. Beruntunglah Bude kantin mau dititipi lumpia kurma buatannya.
Makanan ringan itu Kina buat dan jual karena hanya bermodalkan empat bahan. Yaitu lumpia, kurma, minyak, juga sedikit tepung terigu untuk perekat.
Satu kemasan berisi banyak. Makanan ringan sekali kunyahan itu terasa manis dan renyah. Beruntung anak kampus juga banyak yang menyukainya.
"Kalau mau bikin lumpia sosis pedas lagi titipin di sini gapapa lho Mba Kina. Banyak yang suka"
Kina menimangnya. Mencoba menawar harga pada pemilik kantin itu.
"Kalau harganya dinaikin gimana? Saya jualnya dua ribu, Bude terserah mau jual berapa. Masalahnya kalau dijual seribu kemurahan, terus kalau mau dikecilin ukurannya atau dikurangin potongan sosisnya takutnya banyak yang kecewa"
"Haduh dua ribu kemahalan, Bude jual berapa nanti? Kalau seribu lima ratus gimana? Nanti Bude jualnya dua ribu"
Kina mencoba menghitung keuntungan yang di dapat.
Mengangguk setuju, Kina tak masalah dengan harga yang ditawarkan oleh perempuan itu.
"Yaudah deh, tapi sehari cuman bisa bikin lima puluh biji ya Bude"
"Iya gak masalah"
Kina tersenyum, menunduk pelan sebelum berlalu pergi dari tempat itu.
"Kina"
Panggilan seorang menghentikan langkahnya. Menoleh ke belakang, Kina melihat Zino berjalan ke arahnya sambil membawa kotak kado.
"Heum?" beo Kina kala pemuda itu menyodorkan barang bawaannya padanya.
"Kado ultah," kata Zino seketika membuat Kina melihat tanggal di ponselnya.
Menepuk jidatnya, Kina sendiri bahkan lupa dengan ulang tahunnya.
"Makasih Kak"
Zino tercenung, merasa dirinya baru saja mendengar sebutan yang asing di telinganya.
"Kak?" ulangnya memastikan, tapi justru diberi anggukan oleh gadis itu.
"Kan emang tua lo satu tahun, lagipula sekarang lo'kan udah senior gue, bukan temen seangkatan"
"Oh iya," canggung Zino menggaruk kepalanya.
Kina diam, memerhatikan gelagat aneh Zino. Entah kenapa Kina melihat Zino yang sekarang berdiri di depannya justru seperti seorang yang tengah pdkt dengan seorang gadis. Bukan mantan yang mencoba bersikap ramah.
"Kalau gak ada yang dibicarain lagi, gue duluan," kata Kina mendahului Zino.
Saat jam mata kuliah dimulai, Kina berdiskusi kembali dengan teman satu kelompoknya yang beranggotakan tiga orang.