"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CEKLEK...
Kina mendengar pintu terbuka, namun matanya terlalu berat hanya untuk sekedar terbuka dan melihat siapa yang telah membukanya.
Meski tak melihatnya, Kina bisa menebak siapa orang yang telah membukanya.
"Masih sakit?"
Duduk di pinggiran ranjang tempat tidur, Zino meletakkan pelan nampan yang dibawanya di atas nakas samping tempat tidur mereka.
"Mau ke rumah sakit aja?"
Jika tadi tak ada jawaban, maka kini hanya gelengan pelan yang diberikan oleh Istrinya itu.
"Makan dulu ya? Aku beliin bakso kesukaan kamu ini. Mumpung masih panas, seger kuahnya. Kalau udah dingin nggak enak nanti," katanya memberitahu apa yang telah dibawanya ke kamar.
"Suapin mau ya?"
Membuka matanya berat, Kina menggeleng pelan lalu berbicara.
"Nanti, perut aku masih gak enak banget. Kalau diisi malah muntah"
"Ya maka dari itu, mending ada isinya daripada gak ada sama sekali. Kalau sakit kamu malah dirawat di rumah sakit," balas Zino didesahi pelan oleh Kina yang akhirnya mengalah.
Dibantu sang Suami, Kina menyenderkan tubuhnya setelah punggungnya diberi sandaran bantal.
"Suapin ya?"
Tanpa menunggu balasan, Zino bersiap menyuapkan nasi yang telah diberi kuah bakso juga potongan kecil bakso tersebut ke dalam mulut Kina.
"Tadi pagi udah minum susunya belum?"
"Udah," jawabnya setelah menelan nasinya dengan susah payah karena tenggorokannya terasa kering dan sakit untuk menelan sesuatu.
Menunjuk gelas berisi air minum, Zino dengan sigap mengambilkannya.
"Pelan-pelan," katanya mengambil kembali gelas tersebut.
Tangan Zino terulur, mengusap keringat dingin yang membasahi kening Istrinya.
Sebenarnya tak hanya wajahnya saja. Hampir semua bagian tubuh wanita itu dipenuhi keringat dingin.
"Habis ini aku bantuin gantiin baju ya? Lihat nih, udah gak nyaman baju kamu penuh keringat begini," ujar Zino kembali menyuapi.
"Nggak usah, bentar lagi maghrib. Kamu siap-siap aja solat di masjid"
"Masih bisa solat di rumah," tolak Zino tak kembali dibantah oleh Kina yang hanya bisa pasrah dikeadaannya yang tak memungkinkan untuk mementingkan gengsi dan ego sendiri.
Selesai menyuapi Kina, Zino membersihkan dirinya sendiri mengingat adzan sebentar lagi akan berkumandang.
Keluar dari kamar mandi dengan celana pendek tanpa atasan, serta rambut basah yang kini berusaha ia keringkan dengan handuk di tangannya. Zino berjalan menghampiri Kina yang terpejam di atas tempat tidur mereka dengan wajah damainya.