"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mengucek matanya, Kina menoleh ke samping mencari keberadaan pria yang tadi menemaninya hingga tertidur.
"Zino," panggilnya pelan, mengira jika Suaminya berada di dalam kamar mandi.
Tak mendapat jawaban, Kina bangkit dan berniat keluar sebelum sosoknya lebih dulu masuk dan berdiri di depan pintu.
"Udah bangun?" tegur Zino menghampiri Kina, memberikan usapan sayang pada kepala Istrinya.
Kina mengangguk, hal itu membuat Zino tersenyum hangat. "Mau pulang sekarang?"
"Boleh?"
Alis Zino terangkat. "Memangnya siapa yang gak bolehin?"
Kina diam, digigitnya bibir bawahnya karena takut salah bicara.
"Gak ada orang lain yang berhak nyalahin atau atur kamu," ucap Zino penuh penekanan.
Tak ada balasan lain selain anggukan pelan dari perempuan itu.
Zino menggandeng tangan Kina, mengajak Istrinya itu keluar dari kamar yang bahkan sudah lama tak ia inapi.
Sampai di ruang keluarga, Kina menundukkan kepalanya saat melihat keluarga Zino masih berada di sana. Termasuk Ibu tiri Zino bersama satu anak kandungnya yang mungkin baru datang.
"Mau pulang?" tanya Bude Zino menghampiri mereka.
Zino mengangguk, menyalimi wanita itu sebelum menyahuti. "Iya, udah malem. Aku gak bisa tidur di tempat yang ada penunggu asingnya," ucap Zino dikekehi oleh Budenya, sedangkan Kina sudah panas dingin.
Kina bahkan tanpa sadar sedikit menekan tangan Bude Zino yang mau ia salami saat Suaminya itu mengutarakan kalimat pedas pada anggota baru yang padahal sedikit lebih lama daripada Kina.
"Iya.. Iya, gak baik juga Kina lama-lama di sini," kata Bude Zino mengelus kepala Kina yang menunduk malu.
Melihat Adik dan Adik iparnya akan pergi, Zelka membereskan barangnya lalu bersiap menghampiri mereka.
"Mau kemana Zel?" tegur saudara kembar Ayahnya saat melihatnya beranjak dari tempat duduknya.
"Pulang'lah. Aku punya keluarga, gak mungkin aku lama-lama di sini. Nanti Suamiku stres dan mikir aku selingkuh. Bisa-bisa Mertuaku ngira kalau kebiasaan selingkuh itu menurun," tajam Zelka.
Kina tak bisa berkata-kata. Sosok yang paling dihormati oleh semua orang karena reputasinya yang baik juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang itu diinjak-injak oleh keluarganya sendiri.
Perselingkuhan memang tak bisa dibenarkan. Tapi yang membuat kagum Kina di sini adalah keluarga Ayah Zino sendirilah yang memberikan cibiran tersebut. Mereka bahkan tak berniat membela anggota keluarganya yang salah.
Dua orang yang selalu kena senggol oleh anggota keluarganya sendiri itu hanya diam seolah tak mendengar apapun, meskipun sebenarnya mereka merasa sangat tersinggung dan tak nyaman.