Tahukah apa yang lebih menyakitkan dari melihat kehancuran sendiri? Yaitu ketika melihat kehancuran orang yang telah melahirkan kita.
Sosok yang paling berharap agar dia bisa selalu berada di jalan yang lurus untuk mencapai kesuksesan, itu tak berani ditatap olehnya yang merasa telah menghancurkan diri dan keluarga.
Dari awal memasuki ruangan hingga acara hampir selesai, wanita dengan penampilan paling menonjol diantara semua orang yang berada di sini selalu menundukkan kepalanya, tak cukup memiliki keberanian untuk mengangkat dan menunjukkan wajah hinanya.
Mungkin lantai bawah terlihat lebih menenangkan daripada tatapan yang dilayangkan oleh mereka yang memiliki penilaian berbeda tentangnya.
"Zin..." panggilnya mengalihkan perhatian sosok yang tengah tersenyum hangat pada saudara-saudara jauhnya.
"Capek, pengen istirahat"
Dengan sigap Zino mengangguk dan menuntun Kina masuk setelah meminta izin berupa gerakan tangan pada sang Kakak yang mengangguk memperbolehkan.
"Istirahat di sini aja. Tidur juga gapapa," kata Zino begitu sampai.
Zino menata bantal agar menjadi sandaran Kina yang menyandarkan tubuhnya.
Mata indah itu tertutup bersamaan dengan anggukan pelan.
"Kepalanya pusing? Itu yang nempel di kepala aku copotin aja"
Tanpa menunggu izin, Zino membantu Kina melepas bermacam hiasan yang menempel. Pria itu begitu telaten layaknya seorang Suami siaga yang mencintai Istrinya.
"Make upnya mau dihapusin sekalian?"
Gelengan pelan menjadi jawaban Kina sebelum membuka suara.
"Aku cuman mau istirahat sebentar, nanti kalau udah enakan aku bersihin sendiri," lirihnya terdengar lemas.
Zino mengangguk paham, memberikan kecupan singkat di puncak kepala Kina lalu berjalan santai meninggalkan ruangan itu.
Melupakan Kina yang mematung terkejut karena merasa tak terbiasa dengan tindakan pria itu barusan.
Mengusap kepalanya yang baru saja dikecup oleh Zino, Kina tak tahu harus bagaimana. Marah pun dirinya tak berhak karena kini mereka bukanlah orang asing atau hanya sekedar mantan kekasih, tapi sepasang Suami Istri yang telah dinikahkan secara sah di hadapan kedua belah pihak keluarga besar.
Menggeleng pelan, Kina mencoba menepis rasa aneh pada dirinya. Lebih baik sekarang ia beristirahat agar nanti saat terbangun tak merasakan pusing lagi.
___Sepulangnya para tamu yang sebagian besar merupakan keluarga besar pihak laki maupun perempuan, Zino sudah menyulap penampilannya dan bergabung bersama Kakak serta Kakak iparnya.
"Kina masih tidur?" tanya Zelka diangguki olehnya.
"Iya, biarin. Capek dia kayaknya. Mending istirahat sekarang daripada besok kecapean waktu mau pindahan," balas Zino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]
Storie d'amore"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...