Di atas kasur, seorang gadis meringkuk kesakitan sambil memegangi perutnya.
Mengigit bibir bawahnya, gadis itu menggerakkan tangannya menggapai ponsel yang berada di atas nakas.
Matanya terpejam kala menunggu panggilannya yang tak segera diangkat oleh orang di sebrang.
(Hallo, kenapa Kin?)
Kina membuka mata saat suara itu terdengar.
Mengatur nafasnya, Kina berusaha menjawabnya setenang mungkin agar pria itu tak ikut panik.
"Zin"
(Ya apaan? Udah malem ini)
Mengigit bibir bawahnya, Kina menatap jam yang menunjukkan pukul setengah dua belas malam.
"Lo bisa ke sini?" tanyanya pelan tapi masih terdengar oleh pria itu.
Zino yang tengah terbaring dengan mata masih setengah mengantuk langsung mendudukkan dirinya. Ada yang tak beres. Selama kenal dengan Kina, baru kali ini gadis itu memintanya datang ke tempatnya. Apalagi ini hampir tengah malam.
"Kenapa?"
Kali ini Zino bertanya dengan nada yang lebih lembut dari sebelumnya.
"Perut gue sakit"
DEG...
Zino tak bisa berpikir jernih. Ia langsung meraih jaket dan kunci mobilnya dengan panggilan yang masih terhubung pada Kina.
"Gue ke sana, jangan panik!"
Kina hampir menertawakan Zino. Seharusnya dia yang bilang begitu. Pria itu terdengar jelas tengah panik, sedangkan dirinya berusaha tetap tenang meski sakitnya tak karuan.
"Gue udah bilang jangan ngapa-ngapain dulu. Lo disuruh nunggu bentar doang susah banget. Apa susahnya sih nunggu gue beberapa hari lagi sampai nemuin tempat yang pas?" omel Zino memasuki mobilnya.
"Gue gak ngapa-ngapain," serak Kina sudah tak bisa menahan untuk menyembunyikan sakitnya.
Mendengar suara Kina, Zino semakin panik.
"Kin tahan bentaran"
"Kin?"
Zino menatap ponselnya yang masih terhubung tapi tak ada sautan.
"KINA JAWAB!" teriaknya frustasi.
Merasa tak akan mendapat balasan, Zino mematikan sambungannya dan fokus mengendarai mobilnya agar segera sampai ke kos'an Kina.
Sampai di kos'an Kina, Zino mencoba mengetuk pintu kosnya tapi tak kunjung mendapat balasan.
Berjalan ke rumah pemilik kos'an, Zino mengetuk pintu hingga membangunkan sang pemilik rumah.
"Zino?" kaget pemilik kos karena mengenal Zino sebagai Keponakan dari pemilik kos'an putra sekaligus pemilik sewaan ruko-ruko besar di tempat ini.
"Maaf Pakde ganggu malem-malem. Ini, temen saya ada yang sakit dan minta tolong anterin ke rumah sakit. Tapi pintunya gak dibuka, kayaknya dia pingsan," terus terang Zino diangguki cepat oleh pemilik kos yang segera berjalan masuk untuk mengambil kunci cadangan kemudian kembali menemui Zino yang masih menunggu di depan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]
Romance"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...