Beberapa saat setelah semua orang pergi, dan kini hanya menyisakan Zino bersama bayinya.
Kina membuka matanya.
Perempuan itu tak tertidur sejak awal. Dia hanya berpura-pura tidur agar tidak mendengar langsung omongan tak mengenakkan dari Ibu tirinya maupun Ibu tiri Zino.
Jika berpura-pura tidur, Kina tak harus menunjukkan ekspresi ataupun jawaban apapun atas ucapan mereka yang terdengar menyakitkan.
Tenggorokannya terasa kering, ia ingin minum. Namun sekedar untuk bergerak sedikit saja jahitannya sangat sakit.
Tak ada yang bisa Kina lakukan selain berbaring tanpa busana dan hanya tertutup kain selimut yang menutupi tubuhnya.
Melirik ke samping, Kina bisa melihat bagaimana Zino hanya peduli pada anaknya.
Tentu saja..!
Sejak awal pria itu menikahinya karena alasan anak tersebut. Memangnya apa yang Kina harapkan?
Tersenyum kecut, Kina bahkan tak mendengar kata maaf ataupun penyesalan yang keluar dari mulut manis Suaminya yang telah menjadi kebanggaan semua orang itu.
Zino tak pernah salah...
Bahkan meskipun pria itu tak mendampingi Istrinya saat melahirkan, yang salah di sini tetaplah Kina karena melahirkan lebih awal dari waktu seharusnya. Tak ada satupun yang menyalahkan Zino.
Kenapa tak mati saja saat di ruang operasi tadi?
Itulah yang terpikir dibenak Kina saat tak ada satu orang pun yang memedulikan ataupun menanyakan keadaannya. Mereka hanya peduli pada kondisi bayinya. Seolah dirinya hanya mesin pembuat keturunan berharga.
Mereka menuntutnya semata-mata hanya untuk bayinya. Memintanya bertindak sesuatu untuk bayinya, meminta jangan ini dan jangan itu. Tanpa menanyakan pendapatnya, tanpa menanyakan keadaannya, tanpa menanyakan kesediaannya, atau dirinya sanggup dan tidak.
Semua itu hanya demi bayinya!
Tubuh ini miliknya!
Tapi mereka menuntutnya agar diserahkan pada sosok yang bahkan belum ada satu hari terlahir ke dunia.Bahkan setelah monster kecil itu menghancurkan tubuhnya, Kina masih harus menghancurkan dirinya sendiri entah sampai kapan.
Kina benci...
Benci pada makhluk kecil yang selama ini bersarang di tubuhnya.
Seperti parasit yang menggerogotinya dengan perlahan hingga mati menyedihkan...
Menoleh ke brankar Kina, Zino menemukan Istrinya itu telah membuka matanya. Pria itu tersenyum seraya menghampiri orang berharga dihidupnya.
Mendekatkan wajahnya, Zino memberikan kecupan singkat pada kening perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]
Romance"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...