Gelak tawa terdengar dari satu kelas saat air dalam ember tersiram dari atas pada tubuh seorang gadis yang baru memasuki kelas.
"Anjir bh-nya warna pink"
"Gila ternyata gede juga ya"
Menyilangkan kedua tangannya di depan dada untuk menutupinya, gadis itu menahan tangis mati-matian saat segerombolan anak laki kelasnya mengomentari tubuhnya yang terkena air hingga bajunya menerawang.
Seorang gadis mendekat, dengan senyuman mengejek andalannya.
"Oh ternyata ini yang buat Zino pernah mau pacaran sama lo," pedas Khansa mengomentari dirinya.
Berlari menuju ke kamar mandi, Kina mengunci dirinya di salah satu ruangan. Menangis dalam diam di tempat bau yang dihindari semua orang untuk berlama-lama.
Dirinya adalah pecundang yang mendapatkan perlakuan buruk sejak kelas XI, tapi itu sedikit berubah saat dirinya berpacaran dengan Zino.
Sejak itu tak ada yang berani menyentuh atau mengejeknya lagi. Hingga Thefani, yang merupakan salah satu dari banyaknya teman yang Zino miliki mengatakan bahwa dirinya hanya bahan taruhan.
Di sana'lah harga diri Kina terluka. Ia meminta putus tapi hal itu justru semakin membuatnya mendapat penyiksaan mental.
Mereka tak pernah melukainya hingga meninggalkan bekas luka. Tapi perbuatan dan perkataan kejam yang mereka lontarkan berhasil menjatuhkan mentalnya yang memang sudah lemah sejak dulu.
Melewati jam pelajaran pertama dan kedua, Kina mengurung diri dalam kamar mandi, tapi bajunya belum juga sepenuhnya kering. Gadis itu mengabaikan para siswi yang mengetuk pintu toilet untuk buang air.
Hingga sampai dimana salah satu dari mereka melaporkan pada Guru dan membuatnya ditegur.
"Kamu ini! Kamu pikir ini tempat pribadi kamu!"
"Tapi baju saya basah Buk"
"Siapa yang nyuruh basah-basahan?"
"Temen-temen saya nyiram saya Buk"
Tak percaya dengan ucapan Kina, Guru menarik gadis itu menuju kelas dengan pakaian yang menyita perhatian banyak orang.
"Adakah yang melihat Kina disiram?"
Semua anak kelas menggeleng. Tentu saja! Karena mereka semua sama saja.
"Dia nuduh kita buk. Alay biasa..."
Kina menunduk. Sungguh! Ia merasa lelah.
"Duduk kamu! Jangan banyak alasan," tegas Guru tak bisa dibantah.
Kina berjalan ke bangkunya dengan kepala tertunduk. Dia hanya bisa menggigit bibir bawahnya hingga berdarah saat para anak laki-laki kelasnya memfoto dirinya dengan ucapan merendahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]
Romansa"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...