Zino terdiam dengan tatapan sendu menatap sosok gadis yang baru saja melewati dirinya dan teman-temannya tanpa menoleh sedikitpun.
Mereka berdua kembali asing. Perdebatan kecil di kos'an seminggu yang lalu berdampak besar pada hubungan mereka.
Mendesah pelan, Zino tak tahu bagaimana caranya untuk meminta maaf pada gadis itu.
Gengsinya terlalu besar. Dan juga_ Zino merasa dirinya tak bersalah. Justru yang aneh adalah Kina. Kenapa dia marah karena ucapannya? Seharusnya Kina bersikap biasa saja. Toh ucapannya tak ada yang salah.
"Tumben lo gak ngemut permen lagi," kata Anta menatap Zino yang biasanya membawa permen kemanapun dia berada.
"Udah gak gumoh gue," balas Zino.
"Yah... Padahal gue niatnya mau minta permen lo"
"Beli, permen murah. Seribu udah dapet beberapa biji," sarkas Zino didecaki oleh Anta.
___Sepulang dari kampus Kina tak langsung pulang. Gadis itu menyempatkan diri mampir ke apotek terdekat untuk membeli barang yang ia butuhkan.
"Mbak beli testpack dua," katanya meminta pada penjaga apotek.
Kina tak terpikir hal itu sebelumnya. Hingga ia sadar saat pagi tadi dirinya bercermin dan menyadari jika perutnya terlihat membuncit serta sedikit keras. Kina pun sudah telat datang bulan selama kurang lebih dua bulanan ini.
Datang bulan Kina memang tak lancar. Jadi dia berpikir hal itu biasa. Namun pagi tadi benar-benar merubah semuanya.
Mual di pagi hari serta perut buncit agak keras membuatnya tak bisa tenang sebelum memastikannya secara langsung.
"Ini Kak"
Kina memberikan uangnya lalu mengambil barangnya. "Ini uangnya, makasih Mbak," katanya lalu pergi setelah menerima kembalian.
Sampai di kos'annya, Kina tak mau tunggu lama. Ia langsung pergi ke kamar mandi untuk menghilangkan semua beban pikirannya. Atau mungkin justru menambah beban pikiran?
Mengurai rambutnya ke belakang, Kina tak tahu harus bersikap seperti apa saat hasil dari benda di tangannya terpampang jelas di depan matanya.
Mengulum bibirnya ke dalam, Kina berusaha memutar otak mencari jalan terbaik.
"Maaf_ tapi jangan sekarang ya? Nggak ada yang harapin kamu saat ini," gumamnya mengusap pelan permukaan perutnya yang sedikit membuncit.
"Aku mau kejar cita-citaku, dan Papa kamu juga pasti begitu. Kita bukan orang baik yang dibesarkan dari keluarga harmonis. Akan sulit untuk memberimu kehidupan yang baik," lanjutnya mengigit bibir bawahnya saat merasakan sesak yang mendalam hingga membuat matanya berkaca-kaca.
___"ZINO!" pekik Angelica menghampiri Zino yang tak sengaja menggores jarinya sendiri saat tengah mengupas mangga.
Sedangkan Zino sendiri masih diam seperti orang linglung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]
Romance"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...