"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selesai makan bersama, Kina berdiri lalu berjalan mencuci piringnya sekalian milik Zino.
"Kin gue mau ngomong"
Masih fokus mencuci di depan wastafel, Kina mendengar Zino yang kini berdiri di belakangnya.
"Kina!" rengek Zino merasa diabaikan.
"Iya gue denger"
Meneguk kasar ludahnya, Zino ragu untuk mengatakannya. Tapi jika ditunda-tunda terus, mau sampai kapan?
"Kin, bukannya lebih baik kalau kit--"
DRTT... DRTT...
Mereka berdua bersamaan menoleh ke arah benda yang berdering.
Mendecak kesal, Zino berjalan mengambil ponselnya. Namun raut kesal menahan marah bersiap menyemprot orang yang mengganggunya itu seketika berubah tegang dan memucat.
Kina yang baru saja selesai mencuci piring menautkan alisnya bingung saat kembali dan mendapati wajah tegang Zino yang seperti menahan buang air besar.
"Kenapa?"
Zino menggeleng, meneguk kasar ludahnya lalu bersiap membereskan barang bawaanya seperti helm, jaket, dan lainnya.
Feeling Kina buruk tentang ini. Pria yang biasanya senang berlama-lama di kos'annya itu tiba-tiba terbirit-birit pulang tanpa basa-basi apapun. Seperti mendapatkan berita buruk.
Sudahlah, apa peduli Kina? Terserah pria itu akan bagaimana juga bukan urusannya.
Ada satu hal yang mengganjal Kina saat ini. Dia tadi belum sempat mendengar kelanjutan ucapan Zino, dan pria itu terlihat serius saat akan mengatakannya. Ucapannya tertunda karena suara panggilan dari ponsel yang mengalihkan mereka.
Sedangkan di sisi lain, Zino mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata agar segera sampai ke kos'annya.
Sampai di kos'an, Zino langsung masuk ke kos'annya begitu melihat mobil yang dikenalinya terparkir.
Langkah Zino berhenti mendadak dalam keadaan dirinya sebelumnya berlari, hingga membuatnya tersungkur di hadapan sosok wanita yang berdiri angkuh sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Mobilmu mana? Terus itu motor siapa?" tanya Zelka melihat Adiknya datang menggunakan motor, sedangkan seingatnya pemuda itu hanya memiliki mobil sebagai kendaraan.
Berdiri sambil membersihkan lututnya yang terluka, Zino menatap Kakak perempuannya yang datang tanpa kabar dan baru saja mengancam akan menemui Kina.
"Tempat temen. Mbak kenapa ke sini?"
"Nagih janji"
Zino menjambak rambutnya frustasi. Kenapa Kakaknya sangat tidak sabaran?