Malam ini Kina bersiap ke rumah Mamanya terlebih dahulu sebelum ke rumah Papanya bersama Zino dan Kakak lelaki itu.
Sebenarnya Kakak beradik itu melarangnya untuk ikut, tapi bagaimanapun Kina tak bisa terus bersembunyi dan menjadi pengecut.
Mereka adalah keluarganya, yang seharusnya memberitahu keadaannya itu dirinya sendiri, bukan orang lain.
Jika Kina terus bersembunyi dan tak menampakkan diri di hadapan keluarganya, yang ada justru semakin memperburuk hubungan. Atau kemungkinan terburuknya dia tak akan pernah lagi dianggap sebagai bagian dari mereka.
Menatap gugup rumah sederhana di hadapannya, Kina memilin bajunya gelisah. Kina mengatur nafas berulang kali untuk meyakinkan dirinya bahwa ia mampu melangkah ke depan menemui sang Mama.
Hingga tangan besar milik orang di sampingnya menggenggam tangan kecilnya yang berkeringat dingin.
"Tenang, ada aku," kata Zino meyakinkan.
Kina tersenyum, mengangguk pelan sebelum ikut melangkah bersama Zino dan Kakaknya memasuki rumah Mamanya.
"Assalammualaikum"
"Waalaikumsalam"
Selang beberapa detik setelah balasan salam terdengar, seorang wanita muncul dari balik pintu dengan tatapan bingung.
"Kina? Pulang kok gak kabar-kabar"
Melirik ke arah dua orang yang datang bersama putrinya, Mama Kina terlihat memberi isyarat pada putrinya tentang alasan mereka datang.
"Maaf Buk berkunjung malam-malam. Kita boleh masuk dulu?" sopan Zelka melihat kebingungan Ibu Kina.
"Ah_ iya, silahkan masuk"
Zelka mendahului, sedangkan Kina melepaskan tautan tangannya pada Zino saat melangkahkan kakinya memasuki rumah Mamanya.
Zino menatap tangannya yang kini sudah tak bertaut dengan pandangan sulit diartikan. Menatap punggung Kina yang menjauh, Zino tersadar dan mengikuti langkah mereka dari belakang.
"Duduk dulu, Ibuk siapkan minuman dulu"
"Nggak usah repot-repot Buk, kami tadi mampir ke minimarket kok sebelum ke sini. Oh iya, sampai kelupaan"
Zelka memberikan kantong plastik berisi belanjaan dan makanan yang sedari awal diniati untuk diberikan pada Mama Kina.
"Apa toh ini?"
"Bawaan, gapapa Buk terima aja," katanya memaksa Mama Kina yang sempat menolak.
"Yaudah bentar, buatin minum dulu. Jangan nolak, kalau gak ini juga gak bakal Ibuk terima"
Zelka tersenyum lalu mengangguk pasrah saat wanita itu bersikeras menyajikan minuman.
Merasa masih berstatus anak perempuan di keluarganya, Kina berdiri berniat menbantu Mamanya di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]
Romance"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...