Sama seperti hari-hari sebelumnya. Di saat Zino berangkat bekerja, Kina hanya akan menyibukkan diri dengan ponsel, camilan dan buku yang dia gunakan untuk menggambar desain baju.
Menggambar baju sudah seperti hobi untuk Kina sejak menduduki bangku SMP. Dia ingin menjadi desainer sukses suatu saat nanti setelah lulus kuliah, atau minimal membuka toko baju hasil karyanya sendiri.
Tapi ternyata takdir berkata lain...
Tak ada hal yang bisa dibanggakan atau dilakukan sebagai penzina yang hamil di luar nikah, selain hanya diam diri di rumah. Juga,, Kina tak memiliki cukup keberanian untuk menampakkan diri pada orang-orang yang akan menilai dan mencibirnya.
Kina tak sanggup melihat tatapan merendahkan orang yang tertuju padanya. Belum lagi bisikan-bisikan yang membuatnya tak nyaman.
Fokus Kina teralihkan saat seseorang tiba-tiba berjalan mendekat.
Melihat siapa sosok tersebut, Kina langsung meletakkan buku gambarnya begitu mengetahuinya.
"Mbak Zelka?" beo Kina menatap Kakak iparnya yang datang tanpa kabar dan aba-aba.
Wanita itu nampak membawa beberapa barang bawaan dengan pandangan menelisik seluruh ruangan.
Saat Kina akan berdiri, Zelka bersuara.
"Udah duduk aja," otomatis Kina menurunkan kembali pantatnya yang baru terangkat.
Zelka menghela panjang, lalu meletakkan barang bawaannya di atas meja, sedangkan dirinya duduk di samping Kina.
"Ini apa Mbak?" tanya Kina penasaran.
"Perlengkapan bayi, sama itu tadi Mbak nyoba-nyoba buat rendang. Nggak tau enak nggak, baru pertama kali masak rendang. Kata Suami Mbak sih enak, tadi Mbak nyoba ya gak terlalu buruk," jelasnya diangguki pelan oleh Kina yang merasa canggung dengan kedatangan dadakan Kakak iparnya.
"Zino kerja?" tanya balik Zelka diangguki spontan oleh Kina.
"Kalian gak beli perlengkapan bayi? Kandunganmu udah sembilan bulan lho. Jangan disepelein hanya karena kurang beberapa minggu. Mbak sih dulu lahirannya lebih lama dari perkiraan, tapi buat jaga-jaga persiapin semuanya sekarang di tas biar kalau kontraksi bisa langsung dibawa tanpa repot nyiapin," ocehnya menasehati calon Ibu baru itu.
Lagi-lagi Kina membalasnya dengan anggukan.
"Udah Mbak, semua udah lengkap di kamar bayi. Zino juga udah lengkapin semua kebutuhan lahiran" balas Kina.
"Nanti coba Mbak chek lagi, takutnya ada yang kurang," katanya seolah tak percaya jika Adik dan Adik iparnya itu sudah menyiapkan semuanya. Dia yang pernah mengurus bayi akan menilainya sendiri.
Menoleh ke arah Kina, Zelka mengeluarkan sesuatu dari kantong besar yang dia bawa.
"Udah makan?"
Kina mendongak, lalu mengangguk pelan. "Udah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]
Romance"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...