Terlalu lama Kina menunggu. Hingga akhirnya perempuan itu berdiri, berniat melihat langsung apa yang menjadi alasan Zino tak kunjung kembali.
Bersembunyi di balik tembok, Kina masih bisa melihat serta mendengar apa yang Zino dan Kakaknya itu bicarakan dengan Ayah juga Ibu tiri mereka.
"Kamu sendiri yang bilang Zelka. Mental Kina udah rusak. Emang dasarnya dia udah gak waras darisananya. Nggak usah nyalahin Thefani yang nggak ada sangkut pautnya. Bagus Zino malah nikah sama Thefani. Gak ada untungnya mertahanin Istri gila"
Kina bisa melihat raut marah terpancar dari dua bersaudara itu. Bersiap merobek mulut wanita yang selama ini tak pernah mereka anggap keberadaannya, tapi juga tak bisa diusir begitu saja.
"Adik ipar saya begitu karena karyawan sialan itu dan teman-temannya! Sekarang Papa yang pilih. Pecat perempuan itu, atau Zino yang keluar dari perusahaan!"
"Tapi inget! Begitu Zino mutusin keluar, Papa bakal kehilangan dua anak Papa sekaligus. Dan jangan harap bisa ketemu Cucu Papa"
Zelka begitu tegas saat mengancam Papanya. Mengabaikan wanita gila yang ingin kembali merusak keluarganya setelah sebelumnya berhasil mengacaukannya bertahun-tahun lalu.
Kina berbalik pergi. Dia tak ingin mendengarnya.
Terus melangkah tanpa arah, kaki Kina membawanya ke halaman belakang rumah yang dipenuhi tumbuhan hijau menyejukkan.
Di sana ia menemukan salah satu pekerja di rumah Papa Zino tengah menimang bayi yang dia yakini adalah anaknya.
Teringat ucapan Ibu tiri Zino, Kina mendekati bayi itu tanpa menggunakan alas kaki.
"Loh nduk Kina?" kaget perempuan itu begitu menyadari Menantu keluarga ini berada di belakangnya.
Dengan wajah pucatnya, Kina tersenyum tipis sambil mengulurkan kedua tangannya. Bersiap menerima bayi itu tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Meski ragu, perempuan itu memberikannya karena merasa bahwa Kina adalah Ibu kandung dari bayi tersebut. Tak mungkin Kina melakukan hal buruk pada anaknya sendiri.
Aneh...
Bibir perempuan itu tersenyum, namun matanya kosong seperti tak ada kehidupan. Wajahnya juga terlihat pucat dengan perban dipergelangan tangannya.
Sebenarnya apa yang terjadi pada Menantu majikannya ini?
"Ah,,, karena nduk Kina udah di sini, saya pamit masuk ke dalem ya? Nak Kian juga kayaknya maunya sama Bundanya," katanya diangguki pelan oleh Kina yang masih menatap wajah putranya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Perempuan itu melangkah menjauh. Aura Kina begitu berbeda dengan sebelumnya. Dia ragu meninggalkan bayi itu bersama Ibunya, namun juga tak nyaman berlama-lama dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]
Roman d'amour"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...