Zelka merengut kesal, tapi masih menerima salim dari Adik dan Adik iparnya.
"Kalian nih gak betah apa gimana di rumah Mbak? Nunggu nanti sore aja susah banget. Masih sepagi ini kok udah buru-buru mau pindah lho," omelnya hampir sama seperti omelan sebelumnya.
"Aku punya rumah sendiri kok disuruh lama-lama di rumahnya Mbak. Lagian tuh rumah sayang udah lama gak di tempatin. Beruntung masih ada tukang kebun sama pengurus rumah kiriman Papa yang ngurusin biar gak jadi rumah hewan liar"
Setelah mengucapkannya, Zino beralih pada Kakak iparnya yang tersenyum sambil memberikan tepukan pelan di pundaknya.
"Hati-hati, jangan ngebut-ngebut. Inget lagi bawa anak Istri," pesannya diangguki oleh Zino.
Selesai mengucapkan perpisahan panjang, juga menata barang-barangnya dalam mobil, Zino dan Kina memasuki mobil meninggalkan pekarangan rumah sang Kakak.
"Tadi perutnya udah diisi'kan?" tanya Zino disela menyetirnya.
Kina mengangguk sambil membuka permen wajib yang selalu ia konsumsi saat berada dalam mobil.
"Mau," kata Zino meminta.
Membuka satu lagi, Kina menyodorkan permen itu di depan mulut Zino yang terbuka lebar.
Tapi namanya juga Zino. Pria itu tak akan merasa tenang jika tak membuat Istrinya emosi. Dengan sengaja Zino justru ikut melahap jemari Kina yang menyodorkan permen.
"Ish!" decak Kina mengelapkan tangannya yang terkena air liur Zino ke pundak pria itu.
"Jorok!" decaknya kesal tapi justru dibalas tawa puas dari sang pelaku.
"Coba kalau naik mobil tuh rileks, jangan banyak beban pikiran, makan yang banyak biar perutnya gak sakit. Aneh kamu tuh, cewek lain biasanya suka dianter pakai mobil, ini malah mabuk"
"Cewek yang mana itu?"
Skakmat...
Zino langsung membisu dibuatnya. Kalimat terakhirnya bisa menjadi boomerang untuknya jika dilanjutkan.
"Kebanyakan nyimpen cewek jadi gak bisa jawab," sarkas Kina saat pertanyaannya tak mampu di jawab.
Dan bungkam adalah jurus Zino agar tak memperpanjang masalah...
"Awas aja sampai ketauan bawa cewek lain pakai mobil ini. Ku potong habis burungmu itu biar dia jadi anak tunggal. Gak bakal ku biarin dia dapet Adek dari cewek lain"
Meneguk kasar ludahnya, Zino menghela pelan untuk mempersiapkan jawaban yang ia harapkan tak memperpanjang masalah.
"Maaf, gak bakal begitu"
"Dih, semua cowok sama aja"
"Bapakmu cowok"
"Ya maka dari itu! Bapakku aja brengsek, apalagi kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]
Romance"Lo gak sadar? Kita sama-sama hancur. Gak ada keharmonisan dikeluarga kita. Tapi lo bermimpi buat membangun rumah tangga sama gue? Lo pikir bisa? Lo yakin gak akan buat tuh anak menderita dengan kelakuan kita di masa depan? Lo yakin bisa jadi orang...