41. Dres Merah Muda

13.4K 656 27
                                    

Hari hari berlalu tanpa masalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari hari berlalu tanpa masalah. Meski keadaan batin Kina tak bisa dikatakan tak memiliki masalah. Perempuan itu tetap enggan memberitahu sang Suami mengenai kondisinya. Takut tak didengar dan dipercaya adalah alasan utamanya.

Seperti biasa, Zino akan berangkat bekerja pagi-pagi sekali. Tapi pagi ini dia akan ke usahanya sendiri.

Hari ini Zino tak datang ke perusahaan Ayahnya karena akan ada tamu penting di tempat usahanya yang berkemungkinan besar membantunya mengembangkan usaha jadi lebih maju.

Melangkah menuju meja makan, Zino mengacak gemas kepala Istrinya saat menemukan perempuan itu tengah meminum susunya ditemani beberapa camilan yang berasal dari perusahaan mereka sendiri.

Zino bersyukur karena sekarang Kina sudah mau makan dan nyemil seperti biasa. Tubuhnya saat ini pun berangsur membaik, tak sekurus dulu yang bahkan membuat Zino takut setiap melihat Istrinya berjalan.

"Keripik tempenya enak?" tanya Zino mengambil beberapa biji.

Kina mengangguk. "Ini kalau dibumbu balado enak nggak?"

"Nggak tau, aku belum berani karena takut rusak rasa. Kalau kemarin keripik sukun enak dibumbu balado pedas manis, tapi nggak tau kalau tempe"

"Coba dulu sedikit, nanti kalau enak coba produksi," saran Kina diangguki mengerti oleh Zino.

"Yang keripik talas belitungnya enak nggak?" tanya Zino menatap satu camilan yang terjejer diantara camilan lain.

"Enak! Aku udah habis banyak sendiri itu tadi. Nanti malem bawain lagi ya?" seru Kina antusias.

Zino terkekeh, ia mengangguk sambil mengulurkan tangannya untuk membersihkan bibir Kina yang terdapat renyahan keripik.

"Kamu gak sarapan? Buruan sarapan, nanti telat," peringat Kina mengingat ucapan Zino tadi malam.

"Iya, kamu udah sarapan?"

Kina menggeleng. "Belum, nanti aja. Aku masih pengen ngemil"

Tak memaksa Istrinya, Zino segera berjalan ke belakang mengambil piring lalu menyarap di samping Kina yang masih menikmati camilan sambil memainkan ponselnya.

"Hpnya dikurangi, kasian matanya"

"Dih, kayak emak-emak aja. Udah fokus makan aja," kesal Kina digelengi pasrah oleh Zino.

"Lagian yang ngomong lebih gila hp," cicit pelan Kina melanjutkan perkataannya.

"Bukan gila hp. Aku juga bukan main game atau aneh-aneh megang hp tuh. Kalau gak karena masalah pekerjaan, gak mungkin aku melulu ke hp"

"Bahas pekerjaannya privasi banget sampe ruang chat aja ada sandinya"

"Kin--"

"Udahlah nggak usah dibahas... Kalau dilanjutin malah ribut nanti," potong Kina lalu berdiri, melangkah meninggalkan Zino setelah mengungkapkan kekesalannya meskipun dia sudah berusaha untuk memendamnya.

Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang