Intro 1 : Frustrated Siblings

3.8K 172 0
                                    

.
.
.
.
☘︎🄰🅁🄲 1 : 🄸🄽🅃🅁🄸🄲🄰🅃🄴 🄲🄷🅁🄾🄽🄸🄲🄻🄴🅂☘︎
(𝚁𝚎𝚗𝚝𝚎𝚝𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚓𝚊𝚍𝚒𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚛𝚞𝚖𝚒𝚝)
.
.
.
.

[A/N; Chapter ini berisi konten yang mungkin tidak pantas untuk audience di bawah umur: Depresi, aborsi, seks di luar nikah dll. Harap menanggapi dengan bijak.

Selamat membaca, silahkan tetap mengikuti sampai akhir karena semua chapter berhubungan]

☘︎☘︎☘︎

Incheon, Korea. Tahun 2002

"Seulgi noona, kumohon hentikan" pinta seorang pemuda frustrasi sambil menarik kuat seorang wanita yang berusaha membenturkan lagi perutnya ke meja.

"Lepas! Biarkan aku, Taeyong-ah!" Seulgi meronta melepaskan pegangan Taeyong namun tak berhasil.

Adiknya itu menatapnya pilu. "Aku tak bisa membiarkan noona melakukan hal seperti itu pada anak ini" katanya sambil menunjuk perut kakaknya. "Bagaimanapun, dia anak kandungmu"

Seulgi merenung terdiam. Ini semua terjadi karena salahnya sendiri. Bisa-bisanya sampai mau berhubungan oleh seniornya di kampus hingga hamil 3 bulan. Memang ia akui, ia terpikat oleh tutur kata dan figur ayah dari sosok lelaki itu.

Lee Seulgi sangat mendambakan sosok seorang ayah, karena ia dan Taeyong sudah ditinggal oleh ayah mereka sejak usia yang sangat kecil. Ibu mereka juga sudah pergi bersama pria lain 2 tahun lalu ketika Seulgi telah genap berusia 18 tahun.

Sekarang, mahasiswa transfer dari Amerika yang merupakan calon ayah dari anak itu pasti sudah tak mau bertanggungjawab dan meninggalkannya.

"Lalu sekarang bagaimana...?" tanyanya lemas.

Taeyong menghela nafas pelan. "Baiklah, ini kondisi yang tak bisa kita hindari. Kalau begitu, mari kita tetap besarkan anak ini. Aku akan mencari pekerjaan tambahan dan membantu noona membiayai anak ini" ujarnya menawarkan solusi.

"Aduh, yang benar saja" jawab wanita Lee itu gusar. "Kau tahu kan, biaya membesarkan seorang anak itu tidak main-main. Dan kita harus terus mengeluarkan uang dalam waktu yang panjang. Bukankah lebih baik kita aborsi saja agar masalah segera selesai? Aku juga tak mau mengurus anak yang tak diinginkan ini"

"Uang sebanyak itu lebih baik kita gunakan untuk biaya kuliahmu" katanya tersenyum pahit. "Jangan pedulikan aku. Masa depanmu masih panjang dan baik, lagi pula ini salahku sendiri"

Taeyong terdiam sambil memikirkan kakaknya itu.

Apakah meminta kakaknya melahirkan dan membesarkan anak itu adalah permintaan yang egois?

Selama 18 tahun, Seulgi sudah banyak menemani dan berjuang untuknya, bahkan membantu membayar biaya masuk universitasnya agar ia bisa mendapat pendidikan yang baik.

Daripada bayi yang tak diinginkan dan tak memberinya apapun itu, harusnya ia lebih mementingkan dan memihak kakak perempuan satu- satunya.

Jika bayi itu tak ada, mungkin Seulgi bisa punya kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki diri dan hidup sesuai yang normalnya dijalani anak usia 20 tahun. Atau bahkan menemukan seorang pria yang memang bersungguh- sungguh menikahinya dan bahagia sampai tua?

Apapun itu Taeyong tak masalah selama Seulgi bisa bahagia, meski itu berarti mengorbankan anak tak bersalah dalam kandungannya.

"Baiklah, noona" katanya melembut. "Kapan noona mau aku antar ke klinik aborsi?"

Kintsugi [Jung Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang