Side Story #2 (Nomin): Facing the Na Family

539 36 2
                                    

[A/N: Penjelasan:
Abeoji, eomeoni : penyebutan appa & eomma yang lebih sopan (tapi kadang aku ganti ayah/ ibu biar pas)

Jeno akan tetap menyebut dirinya "saya" karena dia bersikap formal (belum diterima) oleh pasangan Na.
Ia juga akan menyebut ortu Jaemin dengan "abeonim/eomeonim" (jadi kayak Jaemin appa/ eomma tapi formal. (Entahlah apa sebutannya, cmiiw/ tell me if you know)

Chapter ini sebenarnya sama kayak chapter lalu tapi bawahnya diubah. Bagian yang direvisi ada tanda ☘︎ di awal paragraf]

☘︎☘︎☘︎

Langkah kaki Jeno menapaki lantai rumah keluarga Na yang luas itu. Sejujurnya ia sudah familiar dengan isi rumah ini, namun kali ini rasanya berbeda. Meski perabotan serta interior rumah ini tak asing baginya, namun hari ini ada sosok yang tak pernah ia temui di rumah itu.

Kedua orangtua Jaemin.

Mereka terus melangkah menyusuri lorong luas yang menghubungkan ruang tamu dengan ruang keluarga, hingga akhirnya mereka berdua mencapai bagian dalam rumah dan bertemu dengan kedua orang dewasa yang tengah duduk sendiri-sendiri.

"Abeoji, eomeoni" kata Jaemin dengan hormat. "Perkenalkan, ini Jeno, temanku di sekolah"

Atmosfer yang terasa formal membuat Jeno sedikit tidak nyaman. Namun ia mengikuti saja dan menyapa orangtua Jaemin dengan sopan. "Selamat malam, maaf mengganggu waktunya. Saya Jung Jeno"

"Jeno-ya" panggil Jaemin. Jeno sedikit sedih ketika Jaemin tak bisa memanggilnya dengan nama panggilannya. "Ini ayahku, Na Junho" tunjuknya pada pria dewasa yang duduk di meja dengan laptop dan tumpukan buku medisnya.

"Dan ini ibuku, Na Yoona" tangan Jaemin mengarah pada seorang wanita bertampilan elegan yang duduk di sofa depan TV besar mereka.

Jeno menunggu respon orangtua Jaemin yang katanya 'tak begitu baik' dalam cerita-cerita Jaemin, namun ternyata keduanya menampakkan senyum untuk menyambutnya. Tentu saja, senyum profesional.

"Sudah lama kau tak membawa teman" kata Yoona pada Jaemin. "Sepertinya dia teman baikmu?"

"Eomeoni, dia teman yang kuceritakan sering membantuku" kata Jaemin, meski ia tak berharap banyak ibunya akan mengingatnya.

"Ah, dia ya. Terima kasih sudah menjaga uri Jaemin. Anggap saja rumah ini rumah sendiri" sambut Yoona tersenyum lagi. Wanita itu seperti sudah biasa tersenyum karena harus membiasakan menyambut klien atau rekan lain dalam berbagai acara.

"Senang bertemu denganmu, Jeno" ujar Junho singkat lalu kembali menekuni buku-buku referensinya.

"Saya juga senang bertemu anda berdua" kata Jeno lagi. "Oh ya, orangtua saya membawakan kue untuk kalian. Silahkan dinikmati"

"Oh, baik sekali. Sampaikan pada orangtuamu, terima kasih atas kuenya" kata Yoona. "Ah, maaf aku harus kembali meeting online. Jaemin-ah, kau bisa letakkan kuenya di meja makan. Nanti kita makan bersama"

"Baik, eomeoni" kata Jaemin mengambil kue dari tangan Jeno. Jeno mengekorinya menuju meja makan.

Perasaannya tak tenang. Orangtua Jaemin memang terlihat baik dan sempurna, namun mungkin... terlalu sempurna.

Keduanya seperti membangun cerita ideal mereka sendiri-sendiri hingga seperti menampakkan hubungan artificial dengan setiap orang yang ditemuinya, termasuk anaknya sendiri.

'Padahal Nana sudah menunggu mereka pulang, tapi ketika pulang mereka terasa begitu dingin' pikir Jeno dalam hati.

☘︎☘︎☘︎

Kintsugi [Jung Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang