Ch. 2 : Life Lesson with Daddy

2.4K 158 3
                                    

Delapan bulan berlalu sejak hari dimana Taeyong dan Minhyung bertemu Jeno. Mereka jadi lebih sering menginap bersama di rumah Jaehyun.

Keempatnya begitu gembira dengan kehadiran satu sama lain karena suasananya jadi lebih ramai. Jeno juga tak perlu menunggu lama lagi di sekolah karena Minhyung bisa menemaninya pulang dan makan bersama.

Hingga di akhir bulan itu, waktu sewa apartemen Taeyong habis dan Jaehyun dengan senang hati menawarinya untuk tinggal dan menetap di rumahnya.

"Yeyy, selamat datang! Kita bisa sama-sama terus sekarang!" sambut Jeno girang ketika melihat Minhyung dan Taeyong datang membawa barang- barang pindahan mereka.

Taeyong melihat kedua bocah itu sangat bersemangat. Oke, sepertinya ia tidak perlu lagi khawatir dengan permintaan Minhyung padanya beberapa bulan lalu:

.
.
.
.

"Appa, Minhyungie ingin punya adik seperti Jeno. Bisakah appa dan eomma memberiku adik laki- laki?"

Hmm, sangat memusingkan bukan? Pertama, sudah jelas Taeyong dan Seulgi adalah saudara kandung, tentu tidak bisa. Kedua, Taeyong sadar ia tidak tertarik berhubungan dengan wanita.

Alasan itu juga yang membuatnya menjaga Minhyung mati- matian seperti anaknya sendiri karena ia tidak akan bisa mendapatkan anak dengan sesama pria.

"Ehm em.. nanti coba kutanyakan pada eomma" jawab Taeyong asal-asalan. Melempar jawaban pada noona adalah senjata utamanya.

.
.
.
.

Sekarang, dengan berada di rumah yang sama dengan Jeno, Minhyung tak perlu lagi meminta seorang adik seperti Jeno.

Supaya tidak saling asing memanggil "ahjussi" dalam satu rumah, Minhyung diminta memanggil Jaehyun dengan sebutan "daddy" juga. Dan sebaliknya, Jeno diminta memanggil Taeyong dengan sebutan "appa".

Layaknya sebuah keluarga, Jaehyun dan Taeyong setuju untuk mulai menyamakan prinsip dan membuat aturan di rumah mereka, agar anak- anak belajar disiplin serta mandiri.

Salah satunya dengan memberikan Minhyung tanggung jawab untuk mencuci piring bekas makannya sendiri setelah makan malam. Sementara Jeno belum diijinkan mencuci piring karena dirasa masih terlalu kecil.

Suatu saat Minhyung sedang mencuci piring kaca yang tipis dan Jeno yang melihatnya ingin membantu. Si kecil dengan sigap menarik piring yang penuh sabun tersebut dari Minhyung.

Sang kakak berusaha menahan piring itu, namun karena licin, akhirnya benda itu terjatuh ke lantai dengan keras dan pecah.

Prang!

"Huwaa" kedua anak itu terdiam kaget lalu berpandangan. Jeno hendak menangis karena bingung.

"Jeno-ya, tenang, jangan menangis" ujar Minhyung yang juga panik. "Kita sembunyikan dulu ini, sebelum mereka melihat" kata Minhyung berjongkok mengambil pecahan dengan tangannya.

Jaehyun masih berada di kamarnya sementara Taeyong masih dalam perjalanan pulang setelah lembur. Minhyung takut ia akan dimarahi seperti saat tinggal bersama eommanya dulu, jadi ia berusaha membereskannya sebelum ada masalah, namun..

"Aduh!" seru Minhyung ketika tangannya tertusuk pecahan piring itu.

"Minhyung, Jeno! Suara apa itu tadi?" kata Jaehyun panik sambil berderap cepat menuju ke dapur. Dilihatnya kedua anaknya menatap dia dengan sangat ketakutan.

Minhyung maju duluan melindungi Jeno. "Maaf, daddy. Minhyung yang menjatuhkan piringnya, Minhyung minta maaf" katanya.

Jaehyun terpaku melihat Minhyung yang spontan berusaha melindungi Jeno dan meminta maaf padahal ia gemetaran.

Kintsugi [Jung Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang