Malam itu Jaemin mengantarkan Jeno pulang hingga ke depan gerbang. Keduanya tak mengatakan apapun kecuali Jeno yang berkata lirih, "Nana-ya, aku pulang dulu ya" dan hanya diangguki lemah oleh Jaemin.
Sepeninggalnya Jeno dari rumah itu, dengan langkah gontai pemuda Na itu memasuki rumah hingga ruang tamunya. Ia tahu ia akan segera dimintai 'klarifikasi' oleh ayah dan ibunya, dan benar saja.
"Jaemin-ah. Aku tidak percaya kami meninggalkanmu hanya untuk membuatmu menyukai pria?? Kenapa, nak? Kau selama ini baik-baik saja, kan? Kau selalu bersama dengan Minjeongie dan selalu berpacaran dengan gadis-gadis sebelumnya" tanya Yoona bertubi-tubi.
"Kenapa kali ini kau bersama lelaki? Apa kau tak sedang berulah lagi kali ini?"
Jaemin menjawab, "Minjeongie dan aku memang sangat dekat, tapi sebenarnya kita tak pernah menganggap satu sama lain lebih dari sekedar teman masa kecil. Kita hanya selalu menemani satu sama lain, tapi itupun rasanya biasa saja. Kalau gadis-gadis yang lain... aku tak tertarik karena mereka selalu membosankan, juga hanya memanfaatkan dan menuntut"
"Setelah bersama Jeno, aku sadar aku tak mau lagi menjalin hubungan yang sia-sia begitu. Aku tak ingin menseriusi hubungan seperti itu dan berakhir tak harmonis"
Yoona menyanggah, "Tapi bukan jaminan kalian akan lebih baik daripada couple normal. Kau hanya kebetulan melihat contoh yang buruk dari kami, dan kami minta maaf. Banyak pasangan pria-wanita di luar sana yang lebih berhasil membina hubungan"
"Tapi bisa" ujar Jaemin. "Orangtuanya Jeno bisa. Mereka bahkan sangat harmonis. Jangan memberi label hanya karena gendernya, karena yang menentukan keharmonisan itu adalah sikap terhadap satu sama lain dan keinginan mereka untuk terus bertahan bersama"
Wanita itu langsung terdiam mendengarnya. Ia tak menyangka anaknya bisa mengatakan hal sedalam ini.
"Tapi—" kata wanita Na itu. Kau bisa tinggal mencari gadis lain. Itu, tidak sesusah itu, kan? Kau hanya belum menemukan yang tepat untukmu saja"
Tanpa sadar, Jaemin menatap ibunya dengan tatapan sendu. "Mana bisa aku meninggalkan Jeno-ya. Kita sudah bersama selama 4 tahun dan aku begitu sayang padanya. Kalian hanya bingung karena gender kami. Jika salah satu dari kita adalah wanita, tentu kalian tak akan pikir panjang untuk langsung menyetujui kami"
"Jeno memberiku perhatian yang begitu penuh, yang tak kudapatkan dari orang lain, bahkan Minjeongie dan kalian. Aku sangat menginginkan cinta seperti milik Jeno"
"Ugh" ujar Yoona sambil memijat kepalanya. "Pusing sekali rasanya. Sudahlah, pokoknya kau jangan bertemu Jeno. Ibu akan berpesan ke Minjeongie"
Sepanjang pembicaraan, Junho hanya mengamati dan mendengarkan perdebatan keduanya. Sebagai pihak netral, dia hanya mau diam mengamati dan berpikir dulu sebelum menilai.
☘︎☘︎☘︎
Jeno melangkah pelan memasuki rumah keluarganya malam itu. Jaehyun dan Taeyong langsung mendekatinya dan dari melihat ekspresinya, tentu mereka bisa langsung menerka apa yang terjadi.
"Tidak berhasil?" tanya Jaehyun hati-hati.
Jeno menggeleng pelan, "Bagaimana ini, dad, appa? Aku tak rela melepaskan Jaemin setelah bersama selama 4 tahun ini"
Taeyong segera memeluk anak itu begitu erat dan membelai kepalanya. "Appa sangat mengerti perasaanmu"
Dalam hati, ia kembali merasakan sakit yang dulu ia rasakan. Ia terus berucap 'jangan sedih, appa mohon jangan bersedih' dalam hati, tapi itu tidak mungkin. Siapa yang bisa tak sedih dalam situasi seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kintsugi [Jung Family] ✔
Fanfiction•Broken but Beautifully Gathered• (Contains BL & mature contents, 18+) Daddy dan Appa, julukan yang tidak cocok satu sama lain, namun itulah panggilan anak- anak terhadap Jung Jaehyun dan Jung Taeyong di keluarga ini. Keluarga inipun bukan keluarga...