Intro 2 : Inevitable Divorce

2.5K 161 3
                                    

Busanjin-gu, Busan, Korea. Tahun 2011

"Minhyungiiee~" Taeyong memanggil keponakan tersayangnya itu di kawasan sekolahnya. Sore itu pukul 16.32, Taeyong sedikit terlambat menjemput Minhyung, tapi ia sudah bilang sebelumnya, jadi Minhyung akan duduk menunggu di depan sekolah. Ia juga memberikan uang supaya anak itu bisa membeli makan kalau lapar.

[A/N: Anak SD Korea biasa pulang pukul 16.00]

"Loh, tidak ada? Kemana dia?" Taeyong mulai panik. Pasalnya anak penurut itu tidak pernah melakukan hal selain yang ia minta. Lalu kemana anak gemas berambut coklat itu?

Taeyong melangkahkan kakinya mengelilingi kawasan sekolahnya. Para guru bilang Minhyung sudah pulang, namun untungnya ada satu guru yang melihat Minhyung berjalan ke TK sebelah ketika hendak pulang.

"Huh? Kenapa anak itu kesana?" pikir Taeyong. Segera ia melangkahkan kakinya ke NC Kindergarten -TK yang masih satu yayasan dengan SD Minhyung, NC Elementary.

Dan tanpa bersusah payah, ia menemui sosok mungil yang dicarinya itu sedang duduk makan snack di depan TK. Segera ia mendekati anak itu dengan ceria.

"Minhyungiee, appa datang! Oh, siapa ini? Kau punya teman kecil rupanya?"

Ketika sudah mendekati Minhyung, Taeyong melihat seorang anak TK yang cukup gemuk, sedang makan snack bersama Minhyung dengan pipinya yang berlepotan.

"Appa" kata Minhyung tersenyum "Ini Jeno-ya. Minhyung menarik Jeno ketika hendak menyebrang jalan dari sekolah, karena lampu penyebrangannya masih merah. Minhyung takut Jeno bisa tertabrak mobil"

Taeyong tertegun. Iya, meski di kawasan sekolah, tetap harus hati- hati. Reflek Minhyung memang cepat dan hatinya juga teramat peka dengan orang lain. Ia sangat bangga anak itu bisa menyelamatkan orang lain.

"Minhyungie hebat!" kata Taeyong mengusap rambut Minhyung yang tertawa senang sekali. "Tapi, kau juga harus hati- hati ya. Jangan sampai kau menolong orang tapi Minhyung yang kena tabrak, mengerti?"

Pria itu mengatakannya dengan sederhana karena ia tahu Minhyung punya kecenderungan 'mengorbankan' dirinya sendiri.

"Ung, Minhyung mengerti, appa" angguknya.

"Dan Jeno-ya, kalau akan menyebrang jalan harus dilihat dulu ya. Kalau lampunya hijau, berarti Jeno baru bisa jalan menyebrang. Kalau tidak, Jeno akan tertabrak, arraseo?"

'Ah.. aku tanpa sadar mengatakannya. Siapa aku menasihati anak ini' pikir Taeyong dalam hati.

"Ne, arraseo yo" jawab Jeno lucu.

"Pintarnyaa" ujar Taeyong gemas sambil mengusap rambut anak itu juga. Kalau ada jasa usap rambut anak, Taeyong pasti mendaftar nomor satu!

Anak itu berkata lagi "Daddy lama, Jeno mau cari daddy, mau pulang"

Ah, itu sebabnya anak ini nekad menyebrang padahal tidak mengerti caranya.

"Appa, daddynya biasa menyuruh dia menunggu di sini, jadi Minhyung temani" jelas Minhyung.

Wah, sungguh Taeyong bangga melihat kecerdasan dan empati Minhyung. Nanti pulang ia akan membelikan es krim cookies and cream kesukaan Minhyung supaya ia senang.

"Jeno-ya, apa kau mau ahjussi antar pulang? Jeno-ya pasti lelah" Taeyong menawarkan.

Jeno kecil menggeleng "Mianhae yo, ahjussi, daddy bilang Jeno tidak boleh pulang bersama orang lain, hanya bersama daddy. Jeno selalu menunggu sampai malam"

Hati Taeyong jadi sedih. Sepertinya ayah anak ini sendiri sibuk, tapi mengapa tak menitipkan anak ini di daycare? Atau minta dijemput ibunya atau saudara yang lain supaya tak pulang kemalaman?

Kintsugi [Jung Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang