Ch. 33 : Make A Bet

848 60 2
                                    

Pagi itu sepertinya adalah hari yang damai seperti biasanya bagi Yoo Jimin. Sejak hari dimana kasus itu terjadi, Park Yuri akhirnya mengundurkan diri dari sekolah, sehingga sudah tak ada lagi yang mengganggunya.

Setidaknya, itu yang dia pikir, hingga pagi itu ada sepucuk kertas yang diselipkan oleh seseorang melalui celah lokernya. Jimin meraihnya dan bergidik ketika membaca isinya.

[Hai, apa kabar?]

Tidak tertera nama pengirim atau tulisan lainnya disana. Segera diremasnya dan dibuangnya kertas itu ke tempat sampah, memastikan tak ada yang melihatnya.

Ia tak sedang berhalusinasi, kan? Siapa yang mengirimkan ini kali ini? Apakah siswa lain di sekolah ini, atau kemungkinan terburuk..

Park Yuri mengawasinya dari jauh?

Tapi kali ini, Jimin menyimpannya sendiri. Ia tak mau merepotkan atau minta tolong lagi pada orang lain. Ia tak mau kejadian yang menimpa Jeno terjadi pada orang lain yang hendak menolongnya.

Gadis itu memutuskan untuk terus menutupinya dari orang lain.

☘︎☘︎☘︎

"Gimana kabar Jimin-ah, ya?" Jeno bertanya-tanya. Ia bersama Jaemin memutuskan untuk bersepeda bersama hari minggu itu. Minjeong tidak ikut karena ia malas olahraga, lebih baik tidur saja katanya.

"Dan sebenarnya aku tidak mau tahu, tapi dimana Park Yuri sekarang berada, ya?" tanya Jeno lagi.

Jaemin meneguk air di botol minumnya lalu menjawab, "Soal Park Yuri, kalau aku tidak salah, ia sudah pindah ke PD SHS di Dong-gu"

"Tunggu, bukankah itu sekolah khusus pria?" tanya Jeno sambil menegakkan duduknya. "Disana adalah sarangnya siswa kriminal, kelakuan buruknya malah akan semakin menjadi-jadi"

"Sepertinya kau terlalu kepikiran? Kalaupun iya, aku tak berpikir dia akan mengacau kesini lagi" ujar Jaemin. "Petugas keamanan sekolah kita sudah menghafal wajahnya dan akan menghadangnya jika ia datang kesini. Lagipula, sepertinya Yoo Jimin terlihat aman-aman saja. Hyunjin sunbae dan Somi sunbae pasti juga selalu mengikutinya kemana-mana"

Mendengar itu, bahu Jeno sedikit turun. "Mereka tak akan membiarkan Jimin sendirian, kan?" tanyanya meyakinkan diri. Ia kemudian teringat sesuatu.

"Ngomong-ngomong, kenapa waktu itu kau langsung menghentikanku tanpa ragu?" tanya anak tengah Jung itu menatap temannya dalam-dalam.

"Karena situasinya darurat" kata Jaemin santai. "Masa aku akan diam dan melihat saja?"

"Tapi saat itu, kau melihat Yuri si siswa gila dan aku yang memukulnya sampai pingsan. Kau tak takut? Kenapa tidak panggil bantuan?"

"Kelamaan. Itu jam pulang sekolah jadi susah cari bantuan"

Jeno terdiam sejenak menatap pemuda Na itu, lalu menunduk menatap lututnya.

"Meski begitu, aku tertarik pada sifatmu yang berani dan tak takut bertaruh diri itu" batinnya dalam hati.

"Tetap saja, jangan lakukan hal itu lagi" Jeno memperingati Jaemin.

"Kenapa?" tanya Jaemin.

"Karena..." Jeno menjeda kalimatnya. "Kau temanku..."

Kintsugi [Jung Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang