Bab 15.

453 45 32
                                    

[TAEHYUNG POV]

2 tahun silam.

Kai tahu.
Aku memberitahunya. Kai tidak bicara banyak tentang itu setelah dia tahu, dia hanya mendoakan semoga aku sukses dengan Mina. Tidak ada yang tidak kubagikan dengan Kai, Kai tahu tentang semua wanita yang dekat denganku.

Kai tidak berkomentar terlalu banyak tentang hubunganku dengan wanita dan aku menyukainya. Dia hanya menjadi pendengar yang baik dan diam saat aku membicarakan mereka. Mungkin—karena Tzuyu menyukai ku. Aku pikir itu hanyalah cinta monyet, gadis itu tidak mungkin benar-benar jatuh cinta padaku, maksudku mungkin aku keterlaluan mengatainya jelek dan kakinya pendek serta kulitnya yang tidak secerah gadis Korea, tapi aku yakin dia akan menjadi gadis cantik nantinya dan oh bung—dia masih anak SMP. Dan dia punya mata yang indah, seperti mata kucing.

Lupakan Tzuyu!
Maksudku, Mina tahu bahwa aku mengenalkannya pada Kai dan begitu pun sebaliknya.

Aku berjalan kembali ke kamar Mina. Menutup pintunya.

Hanya kami berdua. Aku dan Mina tersenyum.

Aku berjalan kearahnya dan memeluknya lalu menghadiahkan ciuman di leher Mina yang wangi. Sudah tiga minggu sejak pertama kali aku menciumnya. Aku menghitung waktu, kami tidak bisa berinteraksi seperti ini di depan umu. Tidak di depan orangtua kami. Aku hanya bisa menyentuh Mina saat kami hanya berdua, dan tidak ada waktu berdua selama tiga minggu itu.

Sekarang?
Sekarang aku menciumnya.

“Aku perlu beberapa pengaturan agar kita tidak menimbulkan masalah,” katanya memisahkan diri dariku. Dia duduk di mejaku dan aku di tempat tidurnya. Maksudku, Mina meminta meja itu padaku saat menginjakkan kaki pertama kali di rumah kami. Dia suka bentuknya. Dan aku suka dia menyukainya.

“Pertama...” katanya, “jangan bermesraan saat mereka di rumah, itu terlalu beresiko. Bahkan di dalam kamar kita, saat ada mereka tolong jangan lakukan hal seperti ini, Tae.” dia tersenyum geli pada wajah keberatanku, tapi lalu kami mengangguk bersama. Itu terlalu beresiko, dia benar. Dan aku tidak mau kehilangan dia, sebelum tiba saatnya.

“Kedua, tidak ada seks.” aku bahkan tidak menganggukan kepalaku lagi. “Selamanya?” aku bertanya.

Dia mengangguk. Dan aku benci anggukan itu.

“Mengapa?”

Dia mendesah berat. “Seks akan membuatnya jauh lebih sulit saat waktunya akan berpisah, Tae. Kau tahu itu.”

Dia benar. Dia juga benar-benar salah karena aku punya firasat bahwa kami tidak mungkin tidak melakukannya.

“Bolehkah aku bertanya apa peraturan nomor tiga sebelum aku menyetujui peraturan nomor dua?”

Dia menyeringai, “Tidak ada peraturan nomor tiga.”

Aku membalasnya, “Jadi seks adalah satu-satunya yang terlarang?”

Dia menutupi wajahnya dengan tangannya. “Ya Tuhan, Tae...”

Sangat lucu ketika dia malu. “Hanya menjelaskan. Aku memiliki seumur hidup yang saya ingin lakukan padamu, Mina. Namun kita hanya punya waktu sampai mereka berdua benar-benar menikah.”

“Jadi mari kita serahkan secara spesifik bagaimana nantinya pada situasi dan kondisi yang akan terjadi,” Katanya.

“Cukup adil,” kataku, menganggumi rona merah di pipinya. “Mina? Apakah kau perawan?”

Pipinya semakin memerah. Dia menggelengkan kepala dan memberitahuku tidak. Dia bertanya apakah aku keberatan akan fakta itu. “Tidak sama sekali,” jawabku, jujur.

[TaeTzu]; Menjadi Juwita Seperti Yang Engkau Minta🔐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang